Jumat 29 Nov 2024 10:01 WIB

Ilmuwan Cina Ciptakan Kentang Kebal Perubahan Iklim

Kentang ini ditanam dengan suhu yang lebih tinggi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Seorang pekerja laboratorium berjalan melewati rak tabung reaksi berisi tanaman kentang, di laboratorium International Potato Center (CIP), di Distin Yanqing, Beijing, 17 April 2024.
Foto: REUTERS/Florence Lo
Seorang pekerja laboratorium berjalan melewati rak tabung reaksi berisi tanaman kentang, di laboratorium International Potato Center (CIP), di Distin Yanqing, Beijing, 17 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Di sebuah fasilitas penelitian di barat laut Beijing, ahli biologi molekuler Li Jieping dan timnya memanen sekelompok kentang kecil yang tidak biasa, salah satunya sebesar telur puyuh.  Kentang-kentang ini ditanam dalam kondisi yang mensimulasikan prediksi suhu yang lebih tinggi di akhir abad ini.

Dengan berat hanya 136 gram, umbi kentang ini kurang dari setengah berat kentang biasanya di Cina. Varietas yang paling populer sering kali dua kali lipat dari ukuran bola bisbol.

Cina merupakan produsen kentang terbesar di dunia, yang sangat penting untuk keamanan pangan global karena panennya yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pokok lainnya. Namun, kentang sangat rentan terhadap panas, dan perubahan iklim yang dipicu emisi bahan bakar fosil mendorong suhu ke tingkat berbahaya selain memperburuk kekeringan dan banjir.

Dengan kebutuhan mendesak untuk melindungi pasokan pangan, Li, seorang peneliti di Pusat Kentang Internasional (CIP) di Beijing, memimpin studi tiga tahun tentang dampak suhu yang lebih tinggi terhadap sayuran ini. Timnya fokus pada dua varietas kentang yang paling umum di Cina.

"Saya khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan, petani akan memanen lebih sedikit umbi kentang, yang akan mempengaruhi ketahanan pangan," kata Li, Selasa (28/11/2024).

Li dan timnya menanam tanaman mereka selama tiga bulan di dalam ruang yang diatur pada suhu 3 derajat Celsius di atas rata-rata suhu saat ini di utara Hebei dan Mongolia Dalam.

Penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Climate Smart Agriculture bulan ini, menemukan suhu yang lebih tinggi mempercepat pertumbuhan umbi kentang selama 10 hari. Tetapi mengurangi panen lebih dari setengahnya.

Menurut laporan PBB yang dirilis pada Oktober, dengan kebijakan iklim saat ini, dunia menghadapi pemanasan hingga 3,1 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada tahun 2100. Di Mongolia Dalam, puluhan pekerja dengan karung putih bergegas mengumpulkan kentang yang baru digali dari tanah sebelum hujan berikutnya.

“Tantangan terbesar untuk kentang tahun ini adalah hujan deras, ini menyebabkan berbagai penyakitdan sangat memperlambat kemajuan panen," kata manajer ladang pertanian di provinsi itu, Wang Shiyi.

Sementara itu, produsen benih kentang Yakeshi Senfeng Potato Industry Company berinvestasi pada sistem aeroponik di mana tanaman ditanam di udara dalam kondisi terkontrol.

Petani semakin menuntut varietas kentang yang lebih produktif dan kurang rentan terhadap penyakit, terutama busuk daun, yang menyebabkan Kelaparan Kentang Irlandia pada pertengahan abad ke-19 dan berkembang dalam kondisi hangat dan lembab.

"Beberapa strain baru dan lebih agresif (daunnya membusuk) telah mulai muncul, dan mereka lebih tahan terhadap metode pencegahan dan pengendalian tradisional," kata manajer umum Li Xuemin.

Penelitian CIP, yang berkantor pusat di Lima, merupakan bagian dari upaya kolaboratif dengan Pemerintah Cina untuk membantu petani beradaptasi dengan kondisi yang lebih hangat dan lembab. Di rumah kaca di luar laboratorium Li, pekerja mengoleskan serbuk sari pada bunga kentang putih untuk mengembangkan varietas yang tahan panas.

Li mengatakan petani Cina perlu melakukan perubahan dalam dekade mendatang, seperti menanam di musim semi alih-alih awal musim panas, atau pindah ke ketinggian yang lebih tinggi untuk menghindari panas.

"Petani harus mulai mempersiapkan diri untuk perubahan iklim, jika kita tidak menemukan solusi, mereka akan mendapatkan uang lebih sedikit dari hasil yang lebih rendah dan harga kentang mungkin akan naik," kata Li.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement