REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menekankan pentingnya transisi menuju ekonomi hijau dalam upaya meningkatkan daya saing Indonesia. Menurut Dadan, pemerintah tidak mempertentangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Meskipun target energi terbarukan untuk tahun 2025 mungkin tidak tercapai, Dadan menekankan pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2 sesuai dengan komitmen global. Ia menambahkan meski produksi energi terbarukan belum mencapai target, penemuan gas alam di berbagai wilayah Indonesia, seperti Aceh, Selat Makassar, dan wilayah-wilayah lain, memberikan peluang baru.
"Kami sering menjawab pertanyaan tentang transisi ini dengan mengakui bahwa gas alam yang kita temukan semakin banyak. Namun, kita juga memahami bahwa minyak tidak bisa naik seiring dengan peningkatan produksi gas," kata Dadan dalam diskusi Indonesia Climate Policy Outlook 2025 yang digelar Foreign Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Presiden telah meminta Kementerian ESDM meningkatan target energi terbarukan, dan Kementerian ESDM meresponnya dengan menyusun Sargas (Strategi Gas), hilirisasi, dan ketahanan energi. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mencapai transisi energi yang lebih berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia.
Kebijakan energi nasional baru yang disetujui oleh DPR dua pekan lalu menunjukkan komitmen pemerintah untuk mencapai target emisi CO2 yang lebih rendah. Awalnya, target penurunan emisi ditetapkan pada tahun 2030, namun mundur menjadi 2035 untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi 8 persen yang diharapkan terjadi pada tahun 2028 atau 2029.
Dadan juga menyebutkan bahwa persiapan untuk mendapatkan gas alam membutuhkan waktu sekitar 6-7 tahun lebih awal dari penemuan hingga produksi. Oleh karena itu, Kementerian ESDM telah mempersiapkan Rencana Umum Kelistrikan (RUK) dan rencana investasinya atau Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang mencakup berbagai sumber energi, termasuk energi terbarukan.
"Rencana yang sekarang, pemerintah sebelumnya itu 50,4 persen, sekarang kami naikkan menjadi 56 persen dari total energi yang berasal dari sumber daya alam, dan ini bukan hanya dalam bentuk persentase, tetapi juga dalam volume. Namun, tantangan kita adalah bagaimana menyediakan energi yang kompetitif sambil menurunkan tingkat karbon," katanya.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kementerian ESDM mengambil dua pendekatan, yaitu mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan memaksimalkan penggunaan gas alam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan pendekatan ini, diharapkan total emisi CO2 dapat dikendalikan dan Indonesia dapat terus berkembang secara berkelanjutan. "Sehingga total emisinya dapat dijaga," katanya.