Rabu 12 Mar 2025 13:13 WIB

Hanya Tujuh Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO

12 dari 20 kota yang berpolusi di dunia ada di India.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Polusi di New Delhi, India.
Foto: nytimes
Polusi di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Data terbaru IQAir menunjukkan tahun lalu hanya tujuh negara yang memenuhi standar kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Para peneliti memperingatkan perang melawan asap akan semakin sulit setelah Amerika Serikat (AS) menutup jaringan pemantauan kualitas udara di seluruh dunia.

IQAir mencatat pada 2024 Chad dan Bangladesh menjadi negara paling berpolusi di dunia. Tingkat rata-rata asap di dua negara itu 15 kali lebih tinggi dari pedoman WHO.

Baca Juga

IQAir yang berbasis di Swiss mencatat hanya Australia, Selandia Baru, Bahama, Barbados, Grenada, Estonia dan Islandia yang memenuhi standar kualitas udara WHO. Kesenjangan data yang signifikan terutama di Asia dan Afrika mengaburkan pencatatan kualitas udara global.

Banyak negara berkembang yang mengandalkan sensor kualitas udara yang dipasang AS di kedutaan besar dan kantor konsulatnya di seluruh dunia. Tetapi baru-baru ini Departemen Luar Negeri AS menghentikan skema tersebut dengan alasan pengetatan anggaran.

Pekan lalu, data selama 17 tahun lebih hilang dari situs pemantauan kualitas udara milik pemerintah AS, airnow.gov. Termasuk data kualitas udara di Chad.

"Sebagian besar negara memiliki beberapa sumber data lain, tapi hal ini akan berdampak besar bagi Afrika, sebab pemantauan kualitas udara AS satu-satunya sumber data publik real-time yang tersedia," kata manajer sains kualitas udara IQAir Christi Chester-Schroeder, Selasa (11/4/2025).

Lemahnya ketersediaan data membuat Chad dihapus dari daftar IQAir pada 2023. Tetapi negara itu juga negara paling berpolusi pada tahun 2022 karena debu Sahara dan pembakaran lahan yang tak terkendali.

Tahun lalu, rata-rata konsentrasi partikel kecil berbahaya yang dikenal sebagai PM2,5 di negara itu mencapai 91,8 mikrogram per meter kubik. Sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2022.

WHO merekomendasikan tingkat PM2,5 hanya 5 mikrogram per meter kubik. Hanya 17 persen kota di dunia yang memenuhi standar itu tahun lalu.

India menjadi negara dengan kualitas udara terburuk kelima setelah Chad, Bangladesh, Pakistan, dan Republik Demokratik Kongo. Tahun lalu rata-rata PM2,5 negara itu 50 mikrogram per meter kubik turun sekitar 7 persen dari tahun sebelumnya.

Namun, 12 dari 20 kota yang berpolusi di dunia ada di India. Bynihat, kota industri di India menjadi kota paling tercemar dengan rata-rata PM2,5 mencapai 128 mikrogram per meter kubik.

Chester-Schroeder memperingatakan perubahan iklim memainkan peran besar dalam meningkatkan polusi. Ia mengatakan kenaikan suhu juga membesar dan menambah lama kebakaran hutan yang melanda di Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Direktur Program Udara Bersih di Institut Kebijakan Energi University of Chicago Christa Hasenkopf mengatakan setidaknya 34 negara akan kehilangan akses dari data pencemaran udara yang dapat diandalkan setelah AS menutup programnya.

Hasenkopf mengatakan skema Departemen Luar Negeri AS memperbaiki kualitas udara di beberapa kota di mana sensor dipasang. Selain itu, tambahnya, kualitas udara yang lebih baik memperpanjang usia dan mengurangi bahaya terhadap para diplomat AS sehingga artinya itu baik bagi AS sendiri.

"Ini merupakan pukulan yang sangat keras bagi upaya (peningkatan) kualitas udara di seluruh dunia," kata Hasenkopf.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement