Senin 17 Mar 2025 13:12 WIB

Akibat Pemanasan Global, "Jalan Dewa" di Jepang Hilang

Jumlah hari yang sangat dingin di Jepang juga berkurang.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Fenomena Omiwatari di Jepang yang hilang akibat pemanasan global.
Foto: JCDP
Fenomena Omiwatari di Jepang yang hilang akibat pemanasan global.

REPUBLIKA.CO.ID, NAGANO -- Fenomena alam Omiwatari di Danau Suwa, Nagano, Jepang, hilang selama tujuh tahun berturut-turut. Omiwatari merupakan tumpukan es yang memanjang di Danau Suwa yang membeku selama musim dingin.

Pemanasan global menghilangkan tumpukan es yang terbentuk seperti jalan setapak ini. Berdasarkan catatan dari periode Muromachi dari 1336 sampai 1573, jumlah musim dingin tanpa Omiwatari yang juga dikenal sebagai "ake no umi," naik drastis sejak 1951.

"Perubahan iklim dan pemanasan global mulai terbukti di danau (Suwa)," kata kepala kuil Yatsurugi di Kota Suwa, Kiyoshi Miyasaka seperti dikutip surat kabar The Mainichi, Ahad (16/3/2025).

Legenda menyebutkan Omiwatari merupakan rute dewa laki-laki dari Kuil Kamisha di kompleks kuil Suwa Taisha di Suwa, Takeminakata untuk mengunjungi dewi Yasakatome dari Kuil Shimosha di kota tetangga Shimosuwa. Karena itu Omiwatari juga disebut "jalan cinta para dewa."  

Menurut Miyasaka, pertama kali Omiwatari dicatat pada tahun 1379, tercatat dalam dokumen yang diturunkan turun-temurun di klan Moriya yang pernah memimpin Kuil Kamisha di Suwa Taisha. Tahun tersebut menandai tahun ke-583 pencatatan fenomena Omiwatari, baik ketika fenomena ini terjadi maupun tidak.

Meskipun pernah dihentikan, pencatatan ini telah dilakukan setiap tahun sejak tahun 1443, yang merupakan periode pertengahan Muromachi. Ini termasuk catatan lima tahun yang hilang dokumen itu mencatat Omiwatari terjadi sebanyak 81 kali termasuk 40 kali dalam periode 75 tahun sejak 1951.

Kemunculannya naik sejak 2000, tapi Omiwatari mulai hilang sejak memasuki era Reiwa pada tahun 2019. "Pemandangan Danau Suwa yang telah ada sejak lama menghilang. Mungkin segera tiba waktunya ketika 'Omiwatari' akan menjadi legenda sebagai peristiwa masa lalu," kata Miyakasa.

Jumlah hari yang sangat dingin di Jepang tahun ini juga berkurang. Berdasarkan catatan stasiun udara dekat Danau Suwa, suhu air di danau itu 3,2 derajat Celcius dan suhu udara 0 derajat Celcius pada tanggal 20 Januari, yang secara tradisional dianggap sebagai hari terdingin sepanjang tahun di Jepang.

Kedua angka itu setara dengan rata-rata untuk akhir Maret, meskipun hembusan udara dingin pada tanggal 9 dan 10 Februari menurunkan suhu hingga minus 10 Celsius. Ini membuat sebagian besar permukaan danau membeku, tetapi keesokan harinya sebagian besar permukaan danau kembali mencair.

Dengan tidak adanya gelombang udara dingin yang diperkirakan akan terjadi lagi, musim dingin kali ini dinyatakan sebagai “ake no umi.”

Pada 15 Februari, Miyasaka mengumumkan tidak adanya Omiwatari di depan kuilnya. "Meskipun Omiwatari tidak mungkin dilakukan, sangat menyegarkan bahwa musim semi telah tiba," katanya.

Musim dingin 'ake no umi' terpanjang terjadi selama delapan musim dingin berturut-turut dari tahun 1507 hingga 1514, selama periode Sengoku (Negara-negara Berperang) pada abad ke-15 dan ke-16. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement