Rabu 16 Apr 2025 12:58 WIB

Jaga Semesta Sebut Krisis Air di Jawa-Bali Semakin Dekat

Penegakan hukum harus lebih tegas terhadap pelanggaran lingkungan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga antre untuk mendapatkan air bersih saat pendistribusian air bersih di Kelurahan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Warga antre untuk mendapatkan air bersih saat pendistribusian air bersih di Kelurahan Batu Tulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendiri organisasi lingkungan Jaga Semesta, Fainta Negoro, memperingatkan bahwa krisis air bersih di Pulau Jawa dan Bali akan datang lebih cepat dibanding prediksi global. Dalam diskusi daring bertajuk Cengkrama Iklim, Rabu (16/4/2025), ia menekankan bahwa kondisi bumi yang terus menghangat menjadi alarm keras untuk segera bertindak.

“Bumi sudah semakin hangat melebihi satu derajat Celsius di beberapa wilayah. Yang boleh hangat itu hanya hati, bukan bumi,” ujarnya.

Baca Juga

Fainta mengutip berbagai data ilmiah, termasuk dari BMKG dan lembaga pemantau iklim internasional, yang menyebut 2024 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah. Meski peringatan telah disampaikan sejak 2018, menurutnya, perubahan nyata dalam kebijakan maupun perilaku masyarakat belum terlihat signifikan.

Ia menyoroti laporan yang memproyeksikan lebih dari setengah populasi dunia akan mengalami krisis air pada 2060. Namun, untuk wilayah Jawa dan Bali, krisis ini diperkirakan terjadi jauh lebih cepat, yaitu pada 2040 atau hanya 15 tahun dari sekarang.

“Pulau Jawa dan Bali akan menghadapi krisis air bersih lebih cepat dari benua-benua lain,” kata Fainta.

Kegelisahan pribadi menghadapi krisis ini menjadi titik balik bagi Fainta. Sebagai ibu dari anak usia sekolah dasar dan mantan pekerja kantoran, ia mengaku pernah merasa tidak berdaya menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim.

“Saya sering bertanya, ‘Apa yang bisa saya lakukan?’ Rasanya seperti beban terlalu berat untuk satu orang,” ungkapnya.

Namun, sebuah nasihat sederhana dari sang anak mengubah pandangannya. “Kalau sudah tidak bisa mengharapkan siapa pun, mungkin kita sendiri yang harus beresin.”

Pada 2023, Fainta akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Head of Sustainability and Partnership di Heineken Indonesia untuk fokus membangun gerakan Jaga Semesta.

Bersama timnya, Fainta mulai menjelajahi berbagai sumber air di Pulau Jawa, mendokumentasikan kerusakan yang terjadi, dan bekerja bersama warga untuk memulihkan mata air. Ia menyebut, lebih dari 40 persen mata air alami rusak, sebagian bahkan berubah fungsi menjadi kolam renang tak terurus akibat lemahnya penegakan hukum.

Melalui survei dan aksi lapangan, Jaga Semesta mengidentifikasi mata air yang mati atau tercemar akibat aktivitas manusia, seperti peternakan besar-besaran dan longsor yang membawa limbah ke sumber air.

Salah satu kisah sukses datang dari Boyolali, di mana masyarakat secara gotong royong memulihkan mata air yang terdampak longsor. Mereka membersihkan area sekitar dan memasang pipa distribusi agar air bisa dimanfaatkan kembali secara optimal.

“Selain teknis, kami juga menyatukan pengetahuan antar generasi, agar solusi benar-benar sesuai dengan kebutuhan lokal,” ujarnya.

Jaga Semesta juga mempromosikan penggunaan teknologi sederhana dalam pengelolaan air, seperti sistem irigasi tetes berbahan bambu yang dikembangkan bersama Bambu Foundation. Sistem ini jauh lebih murah dari alat komersial, namun efektif menjaga kelembaban tanah tanpa pemborosan air.

Fainta menekankan pentingnya pembangunan sumur resapan (infiltration well) dan teknologi ASR (Active Storage and Recovery) untuk mengembalikan limpasan air hujan ke dalam tanah, guna menjaga stabilitas cadangan air tanah.

“Infrastruktur ini harus menjadi prioritas, terutama bagi pemerintah dan pelaku industri besar,” kata Fainta.

Ia juga menyerukan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelanggaran lingkungan, khususnya yang merusak sumber mata air. Menurutnya, setiap individu bisa berkontribusi dalam mitigasi krisis air melalui langkah sederhana sehari-hari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement