Sabtu 26 Jul 2025 07:17 WIB

Hari Tanpa Hujan 60 Hari di Sumbar Masih Wajar, Ini Penjelasan BMKG

Cuaca kering ekstrem di beberapa wilayah Sumbar belum masuk kategori berbahaya.

BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menyebutkan bahwa kondisi hari tanpa hujan selama 60 hari masih wajar.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menyebutkan bahwa kondisi hari tanpa hujan selama 60 hari masih wajar.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), menyebutkan bahwa kondisi hari tanpa hujan selama 60 hari di sejumlah wilayah di Sumbar masih tergolong kategori wajar. Musim kemarau di. Sumbar telah terjadi sejak Mei.

“Memang saat ini puncak musim kemarau, jadi wajar kalau terjadi penurunan curah hujan yang signifikan, termasuk jika hari tanpa hujan sampai 60 hari,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, di Padang Pariaman, Jumat.

Baca Juga

Berdasarkan analisis BMKG, secara umum musim kemarau di Sumbar terjadi sejak Mei dan diprediksi akan berlangsung hingga September. Namun, puncak kemarau di provinsi ini diperkirakan terjadi pada Juli 2025.

Ia menjelaskan, penyebab terjadinya hari tanpa hujan hingga 60 hari kalender di beberapa kabupaten dan kota disebabkan oleh adanya tipe satu dan tipe dua dalam iklim ekuatorial yang dimiliki daerah tersebut.

Untuk ekuatorial tipe satu merupakan wilayah yang tidak mengenal musim kemarau, sedangkan tipe dua melalui musim kemarau, yakni wilayah sebelah tengah dan barat Sumbar, termasuk Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, dan Kabupaten Dharmasraya.

“Memang kalau dipetakan lagi, Sumbar secara geografis terletak di ekuatorial sehingga pola cuaca dan iklimnya berbeda dengan wilayah lainnya,” ujar dia.

Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan dengan kategori panjang, bahkan mendekati ekstrem, yakni melebihi 60 hari seperti yang terjadi di Kabupaten Solok.

Di sisi lain, terdapat pula wilayah yang hari tanpa hujannya tergolong pendek, bahkan masih tetap mengalami hujan terus-menerus, contohnya Kota Padang. Untuk daerah dengan hari tanpa hujan di atas 60 hari, itu berarti sudah sangat kering dan dapat memicu adanya hotspot atau titik panas, sehingga menjadi target utama untuk dilakukan operasi modifikasi cuaca.

“Dengan operasi modifikasi cuaca nanti diharapkan turun hujan, walaupun dengan intensitas ringan. Setidaknya dapat membasahi dan mengurangi potensi terjadinya hotspot,” kata dia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement