Ahad 27 Apr 2025 16:18 WIB

Waspada! Pemanasan Global Picu Penyakit dari Makanan

Pemanasan global membuat bakteri dan kuman-kuman lebih mudah mencemari makanan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Pemanasan global membuat bakteri dan kuman-kuman lainnya lebih mudah mencemari pasokan makana, (ilustrasi)
Foto: Dok. Freepik
Pemanasan global membuat bakteri dan kuman-kuman lainnya lebih mudah mencemari pasokan makana, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CONNECTICUT -- Pemanasan global membuat bakteri dan kuman-kuman lainnya lebih mudah mencemari pasokan makanan, menimbulkan risiko kesehatan serius bagi ratusan juta orang setiap tahun. Warga desa Haroli di Maharashtra, India, Sumitra Sutar salah satu korban yang mengalami muntah hebat akibat bakteri Bacillus cereus yang tumbuh pada makanan sisa karena suhu panas.

Para peneliti memperingatkan perubahan iklim termasuk gelombang panas ekstrem, banjir, dan kekeringan, mempercepat pembusukan makanan dan meningkatkan risiko wabah penyakit yang dibawa makanan seperti salmonella dan campylobacter. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 600 juta orang jatuh sakit setiap tahun akibat penyakit ini dengan 420 ribu kematian, terutama anak-anak di bawah lima tahun.

Baca Juga

Studi menunjukkan kenaikan suhu sebesar 1 derajat Celsius meningkatkan risiko infeksi bakteri penyebab keracunan makanan hingga 5 persen. Di desa Haroli suhu musim panas bisa mencapai lebih dari 43 derajat Celsius dengan peningkatan kasus penyakit bawaan makanan.

Artikel ulasan yang diterbitkan di jurnal Climatic Change mencatat suhu yang lebih tinggi dan perubahan pola curah hujan menyebabkan perkembangbiakan patogen bawaan makanan, termasuk yang paling umum: salmonella, Escherichia coli (E. coli), dan Campylobacter jejuni.

“Peningkatan suhu mendorong pertumbuhan bakteri seperti listeria, campylobacter, dan salmonella pada makanan yang mudah rusak seperti daging, susu, dan makanan laut,” ujar salah satu penulisnya, dosen higienitas dan pengendalian makanan di Benha University di Mesir Ahmed Hamad, seperti dikutip dari Live Science, Ahad (27/4/2025).

Penelitian yang dilakukan di barat laut Meksiko mencari tahun bagaimana faktor lingkungan mempengaruhi wabah spesies salmonella, bakteri yang bertanggung jawab atas banyak penyakit yang dibawa makanan di seluruh dunia. Studi ini menemukan prevalensi maksimum di daerah dengan suhu yang lebih tinggi antara 35 dan 37 derajat Celsius dan curah hujan tahunan lebih besar dari 1.000 mm (39,4 inci).

Makalah lain yang diterbitkan di Applied and Environmental Microbiology tahun ini menemukan perubahan iklim akan meningkatkan risiko penyakit yang dibawa makanan yang disebabkan  Salmonella enterica. Penelitian ini mencatat kelembaban tinggi meningkatkan pertumbuhan salmonella. Bakteri ini telah menyerang 1,2 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Profesor di bidang mikrobiologi dan keamanan pangan  University of Mauritius Hudaa Neetoo memperingatkan dalam cuaca panas yang ekstrem, produk siap saji memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan penyakit bawaan makanan.

“Selama gelombang panas, tingkat mikroorganisme patogen dalam produk ini dapat meningkat pesat dan mencapai tingkat yang cukup untuk menyebabkan penyakit karena mereka tidak memerlukan langkah pembasmian panas akhir," katanya.

Selain suhu tinggi, banjir juga membawa limbah hewan ke lahan pertanian sehingga mencemari sayuran mentah dengan patogen berbahaya. Penggunaan air limbah untuk irigasi juga menjadi ancaman baru jika tidak diolah dengan benar.

Bersamaan dengan gelombang panas, katanya, banjir dapat menyebabkan limpasan kotoran dari padang rumput yang berdekatan dengan lahan pertanian, mencemari produk pertanian termasuk salad, sayuran dan sayuran hijau yang dimaksudkan untuk dikonsumsi mentah.

“Kotoran hewan dapat mengandung patogen manusia seperti E coli enteropatogenik, salmonella, dan campylobacter, dan penelitian telah menemukan bahwa pencucian rumah tangga saja tidak cukup untuk mendekontaminasi produk dan menurunkan tingkat organisme ke tingkat yang aman,” katanya.

Para ahli menyerukan perlunya edukasi masyarakat tentang hubungan perubahan iklim dan keamanan pangan serta peningkatan pengawasan sistem distribusi pangan agar tahan terhadap cuaca ekstrem. Sumitra Sutar yang berusia 75 tahun kini aktif mengedukasi warga desa tentang pentingnya menjaga kebersihan makanan dan air demi mencegah penyakit terkait iklim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement