Selasa 03 Jun 2025 10:00 WIB

Asap Karhutla Tingkatkan Risiko Kematian Pasien Kanker Paru-Paru

Risiko tertinggi ditemukan pada pasien kanker paru stadium 4.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Asap membumbung tinggi dari hutan yang terbakar di Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop, Kelurahan Kereng Bangkirai, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (8/10/2023).
Foto: ANTARA FOTOANTARA FOTO/Auliya Rahman
Asap membumbung tinggi dari hutan yang terbakar di Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop, Kelurahan Kereng Bangkirai, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Ahad (8/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA — Asap dari kebakaran hutan dapat meningkatkan risiko kematian bagi pasien kanker paru-paru, terutama mereka yang tidak memiliki riwayat merokok. Namun, dampak ini mungkin bisa dikurangi melalui jenis perawatan tertentu.

Temuan ini dipresentasikan dalam forum medis American Society of Clinical Oncology (ASCO) di Chicago, Amerika Serikat, Sabtu (31/5/2025). Para peneliti melacak lebih dari 18 ribu penderita non-small cell lung cancer (NSCLC) antara tahun 2017 hingga 2020.

Baca Juga

NSCLC merupakan jenis kanker paru-paru paling umum dan mencakup sekitar 85 persen dari seluruh kasus. Istilah ini membedakannya dari small cell lung cancer (SCLC) yang dikenal tumbuh lebih cepat dan bersifat lebih agresif.

Dalam paparan tersebut, para peneliti menunjukkan bahwa pasien yang tinggal di wilayah terdampak kebakaran hutan, dan terpapar polusi udara dalam jumlah tinggi, memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggal akibat kanker paru-paru.

Partikel kecil berdiameter 2,5 mikrometer atau kurang yang dikenal sebagai PM2.5, menjadi perhatian utama. Paparan partikel ini meningkatkan risiko kematian akibat kanker paru-paru hingga 20 persen.

Risiko tertinggi ditemukan pada pasien kanker paru stadium 4 yang tidak pernah merokok. Jika mereka terpapar polusi udara akibat kebakaran hutan, risiko kematian meningkat hingga 55 persen.

Penelitian ini menggunakan model prediktif canggih untuk mengestimasi kualitas udara harian di sekitar tempat tinggal pasien, dengan menggabungkan data satelit, model cuaca, arah sebaran asap, dan pemantauan kualitas udara.

Meski begitu, paparan asap kebakaran hutan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pasien kanker paru stadium 4 yang memiliki riwayat merokok dan menjalani pengobatan imunoterapi.

“Tren yang mengejutkan ini menunjukkan perubahan terkait asap dalam tubuh dapat berinteraksi dengan perawatan tertentu,” kata para peneliti.

Mereka menambahkan bahwa dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami fenomena ini. Asap kebakaran hutan dinilai jauh lebih beracun dibanding polusi udara biasa.

Asap tersebut mengandung partikel dari tanah dan bahan biologis, serta sering kali bercampur dengan bahan kimia, logam, plastik, dan material sintetis lainnya.

“Kebakaran hutan menjadi semakin sering dan intensif di California dan daerah AS lainnya, kami memerlukan strategi kesehatan yang tepat sasaran untuk melindungi pasien kanker dan orang lain yang memiliki masalah kesehatan serius,” kata pemimpin studi, Dr. Surbhi Singhal dari UC Davis Comprehensive Cancer Center, Sacramento, California.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement