Kamis 05 Jun 2025 13:09 WIB

Ilmuwan Jepang Ciptakan Plastik yang Terurai dalam Hitungan Jam

Material yang digunakan diklaim tidak meninggalkan residu berbahaya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah warga mengumpulkan sampah kiriman dan sampah buangan di bibir Pantai Sasa, Ternate, Maluku Utara, Ahad (8/12/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
Sejumlah warga mengumpulkan sampah kiriman dan sampah buangan di bibir Pantai Sasa, Ternate, Maluku Utara, Ahad (8/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, WAKO — Ilmuwan di Jepang berhasil mengembangkan plastik baru yang dapat terurai di air laut hanya dalam waktu satu jam. Inovasi ini menjadi harapan baru dalam mengatasi krisis sampah plastik yang terus mencemari laut dan mengancam keanekaragaman hayati.

Penelitian dilakukan oleh tim gabungan dari RIKEN Center for Emergent Matter Science dan Universitas Tokyo. Mereka menyatakan bahwa material yang dikembangkan tidak hanya terurai lebih cepat dari plastik biodegradable konvensional, tetapi juga tidak meninggalkan residu berbahaya.

Baca Juga

Di laboratorium mereka di Kota Wako, dekat Tokyo, para peneliti mendemonstrasikan sebuah potongan plastik kecil yang benar-benar larut setelah satu jam berada dalam air garam.

Meski belum ada rencana konkret untuk memproduksi plastik ini secara massal, ketua tim peneliti Takuzo Aida menyebutkan bahwa sudah banyak pihak dari sektor pengemasan yang tertarik untuk bekerja sama.

“Anak-anak tidak bisa memilih planet tempat mereka dilahirkan. Tugas kami sebagai ilmuwan adalah memastikan mereka mewarisi lingkungan yang layak dihuni,” kata Aida, Rabu (5/6/2025).

Plastik baru ini memiliki kekuatan menyerupai plastik berbahan dasar minyak bumi, tetapi dapat terurai menjadi komponen asalnya saat terkena air asin. Komponen tersebut kemudian dicerna oleh bakteri alami, sehingga tidak memicu pencemaran mikroplastik atau ancaman terhadap rantai makanan laut.

Aida menjelaskan bahwa karena kandungan garam juga terdapat di dalam tanah, plastik ini juga dapat terurai secara alami di darat. Potongan sepanjang lima sentimeter akan hancur dalam waktu sekitar 200 jam.

Material ini juga bisa digunakan layaknya plastik biasa jika dilapisi pelindung. Saat ini, tim peneliti tengah mencari metode pelapisan terbaik agar bisa dipakai secara luas. Aida menambahkan, material ini tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak menghasilkan emisi karbon dioksida.

Temuan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap polusi plastik. Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan volume sampah plastik di laut bisa meningkat tiga kali lipat pada 2040, dengan tambahan antara 23 hingga 37 juta metrik ton setiap tahunnya.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement