Ahad 22 Jun 2025 08:13 WIB

Indonesia Kini Punya Sistem Ganda untuk Peringatan Gempa dan Tsunami

Kehadiran gedung ini memperkuat sistem hulu mitigasi bencana.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Sejumlah siswa berlindung di bawah meja saat simulasi gempa dan tsunami di SMA Negeri 6  Banda Aceh, Aceh, Sabtu (26/4/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Sejumlah siswa berlindung di bawah meja saat simulasi gempa dan tsunami di SMA Negeri 6 Banda Aceh, Aceh, Sabtu (26/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR — Ketergantungan Indonesia pada satu pusat sistem peringatan dini gempa dan tsunami di Jakarta dinilai terlalu berisiko di tengah ancaman bencana yang terus meningkat. Untuk mengatasi kerentanan tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meresmikan Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya di Bali, Jumat (19/6/2025), sebagai pusat cadangan nasional.

Gedung ini dirancang untuk tetap berfungsi ketika pusat komando utama terdampak gempa besar, dengan teknologi tahan gempa base isolation produksi dalam negeri. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya sistem cadangan agar peringatan dini tidak lumpuh dalam situasi darurat.

Baca Juga

“Tanpa sistem cadangan yang kuat, keselamatan jutaan warga bisa terancam saat pusat komando utama terganggu. Indonesia tidak boleh bergantung pada satu sistem,” kata Dwikorita.

Sebagai negara yang mencatat lebih dari 7.000 gempa per tahun dan berada dalam zona risiko tinggi tsunami, Indonesia menghadapi tantangan berat dalam menjaga keandalan sistem peringatan dini. Apalagi, krisis iklim turut meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan ekstrem.

Gedung ini merupakan bagian dari proyek Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) yang didukung Bank Dunia. Gedung itu dilengkapi pusat komando 24 jam, sistem komunikasi kebencanaan, pusat data multi-bahaya, dan ruang koordinasi darurat.

Teknologi lead rubber bearing (LRB) dipasang di 18 titik bangunan untuk memastikan stabilitas saat terjadi gempa kuat. Dengan pengoperasian pusat cadangan di Bali, Indonesia kini termasuk sedikit negara yang memiliki sistem peringatan dini dengan skema dual redundancy yang artinya sistem tetap aktif meski pusat utama lumpuh. Ini dianggap langkah strategis untuk membangun ketahanan jangka panjang di sektor kebencanaan.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyatakan kehadiran gedung ini memperkuat sistem hulu mitigasi bencana. Di saat bersamaan, BNPB juga tengah memperkuat sistem hilir untuk memastikan peringatan dini menjangkau hingga ke desa terdampak.

“Dengan kehadiran command center di Bali, informasi kebencanaan diharapkan bisa tersampaikan lebih cepat dan menjangkau wilayah yang lebih luas,” ujarnya.

Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta menyebut pusat baru ini menambah rasa aman warga Bali. Ia memastikan kesiapan pemerintah daerah dalam merespons cepat informasi dari BMKG.

Di akhir peresmian, Dwikorita menekankan bahwa sistem secanggih apa pun tidak akan berguna tanpa respons cepat dari semua pihak. “Peringatan dini tidak boleh berhenti di sistem. Ia harus menyelamatkan jiwa dan aset bangsa,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement