Jumat 27 Jun 2025 15:38 WIB

Brasil Soroti Risiko Ketergantungan Kredit Karbon

Kredit karbon jangan sampai mengganti aksi nyata.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan
Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO — CEO COP30 Brasil Ana Toni memperingatkan negara-negara agar tidak terlalu mengandalkan skema kredit karbon untuk mencapai target iklim. Peringatan ini muncul menjelang pengumuman target baru Uni Eropa untuk pemangkasan emisi pada 2040.

Uni Eropa dijadwalkan merilis target barunya pada 2 Juli mendatang. Target pemangkasan emisi sebesar 90 persen itu rencananya akan bersifat mengikat secara hukum. Namun, beberapa negara anggota menolak besaran target tersebut.

Baca Juga

Sebagai alternatif, Brussels mempertimbangkan pelonggaran pengurangan emisi domestik dan mengizinkan penggunaan kredit karbon dari negara berkembang seperti Brasil dan Indonesia. Skema ini memungkinkan negara maju menutupi kekurangan emisinya dengan membeli kredit dari proyek-proyek pemangkasan emisi di negara lain.

Para pendukung menyebut skema ini dapat menyalurkan dana ke proyek lingkungan di negara berkembang. Namun, kritik bermunculan karena banyak proyek kredit karbon tidak menghasilkan pengurangan emisi seperti yang dijanjikan.

Ana Toni menekankan bahwa Brasil tidak menolak kredit karbon, tetapi mengingatkan agar skema tersebut tidak menjadi pengganti aksi nyata.

“Jumlah kreditnya penting, karena itu menunjukkan sejauh mana Anda mengubah struktur ekonomi Anda sendiri. Jika terlalu banyak, berarti Anda tidak melakukan perubahan signifikan,” ujar Toni, Kamis (26/6/2025).

Ia juga menekankan pentingnya memastikan bahwa setiap kredit benar-benar berkontribusi terhadap pengurangan karbon dan memberi manfaat lingkungan.

Sebagai tuan rumah COP30, Brasil tidak memiliki kewenangan formal atas posisi negara lain, namun tetap dapat memainkan peran dalam membentuk arah diplomasi iklim global.

Pada Februari lalu, hampir 200 negara dijadwalkan menyerahkan target nasional pemangkasan emisi (NDC) terbaru ke PBB. Namun mayoritas, termasuk negara-negara Uni Eropa, belum menyampaikan rencananya.

Pekan depan, Uni Eropa diperkirakan akan mengumumkan target emisi untuk 2034 dan 2040. Perdebatan masih berlangsung soal seberapa besar porsi kredit karbon yang diizinkan untuk mencapai target 2040.

Jerman mengusulkan penggunaan kredit karbon sebesar 3 persen dari total target pemangkasan 90 persen. Sementara Prancis menginginkan batas yang lebih tinggi. Di sisi lain, Denmark dan Finlandia menilai penggunaan kredit karbon tidak diperlukan untuk memenuhi target tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement