Selasa 19 Aug 2025 21:13 WIB

Di Kalsel Warga Bisa Tukar Sampah dengan Sembako

Program pilah sampah dorong kesadaran lingkungan sekaligus kurangi volume TPA.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan (DLH Kalsel) kembali menggelar kegiatan Pilah Sampah Dapat Sembako, (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Putranto
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan (DLH Kalsel) kembali menggelar kegiatan Pilah Sampah Dapat Sembako, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN — Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan (DLH Kalsel) kembali menggelar kegiatan Pilah Sampah Dapat Sembako dalam rangka Hari Jadi ke-75 Provinsi Kalsel dan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pelaksana Tugas Kepala DLH Kalsel, Fathimatuzzahra, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan mengedukasi masyarakat bahwa sampah memiliki nilai ekonomi jika dikelola dengan baik. “Kegiatan ini bukan untuk menjadikan sampah sebagai berkah, tetapi mengajak masyarakat sadar bahwa sampah yang dipilah bisa mendatangkan manfaat,” kata Fathimatuzzahra di Banjarbaru, Selasa (19/8/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, sampah organik seperti sisa makanan dapat diolah menjadi kompos melalui ember tumpuk, sedangkan sampah anorganik berupa botol plastik, kardus, seng bekas, hingga minyak jelantah bisa ditukar kebutuhan pokok melalui bank sampah.

Dalam kegiatan ini, masyarakat yang menukarkan sampah mendapatkan sembako atau barang lain dengan nilai lebih tinggi dibanding penukaran biasa. “Kalau biasanya hasil tabungan melalui bank sampah senilai Rp 5 ribu, dalam acara ini bisa mendapat bonus berupa mi instan, minyak goreng, beras, hingga voucher pakaian bekas. Jadi masyarakat justru untung dua kali lipat,” ujarnya.

Selain sembako, panitia juga menyiapkan hadiah menarik berupa tumbler, stiker bertema lingkungan, hingga pakaian layak pakai yang disumbangkan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Program Pilah Sampah Dapat Sembako terbukti berkontribusi mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). DLH Kalsel mencatat jumlah sampah yang masuk semula sekitar 400 ton per bulan, turun menjadi 200 ton per bulan setelah penutupan TPA Basirih di Kota Banjarmasin.

DLH Kalsel juga mendorong pemanfaatan teknologi pengolahan sampah, termasuk penggunaan alat pemilah (gibrik) di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Sampah organik diolah menjadi kompos, sampah anorganik ditukar melalui bank sampah, sementara residu dimanfaatkan sebagai Refuse Derived Fuel (RDF) untuk bahan bakar alternatif pengganti batubara melalui kerja sama dengan perusahaan di Tabalong.

“Residu yang tidak bisa dijual dicacah, dipres, dan diolah sesuai standar mitra perusahaan. Dengan begitu, sampah residu tidak hanya ditimbun, tetapi bisa menjadi sumber energi,” katanya.

Menurut dia, program ini sejalan dengan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dalam mendorong pemanfaatan waste to energy. Kalsel termasuk salah satu provinsi prioritas dengan target pemanfaatan RDF minimal 1.000 ton per hari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement