Jumat 22 Aug 2025 09:17 WIB

Perubahan Iklim Pengaruhi Pergerakan Nyamuk di Eropa

Nyamuk macan Asia terus bergerak invasif ke utara.

Rep: Lintar Satria / Red: Friska Yolandha
Penelitian terbaru menunjukkan perubahan iklim mempengaruhi pergerakan nyamuk di Eropa.
Foto: Dok. Freepik
Penelitian terbaru menunjukkan perubahan iklim mempengaruhi pergerakan nyamuk di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penelitian terbaru menunjukkan perubahan iklim mempengaruhi pergerakan nyamuk di Eropa. Penelitian yang dipublikasikan di Global Change Biology itu mengungkapkan macan Asia (Aedes albopictus) yang invasif terus bergerak ke utara.

Nyamuk ini pertama kali ditemukan di Albania tahun 1979. Kemudian menyebar ke seluruh penjuru Eropa Selatan dan kini terus menyebar ke arah utara kawasan itu, terutama Prancis.

Baca Juga

Para ilmuwan menggunakan model-model dan data terbaru untuk mengetahui kondisi iklim yang segera terjadi di kota-kota di kawasan Eropa Barat seperti London, Vienna, Strasbourg dan Frankfurt. Mereka menemukan kondisi kota-kota itu cocok bagi spesies pembawa virus dengue, Zika, dan Chikungunya.

“Dengan mengekstrapolasi hasil ini, diperkirakan nyamuk tersebut dapat menetap di Prancis utara dalam satu dekade, dari sana ia dapat dengan mudah mencapai London, yang iklimnya sudah cocok untuk menjadi inang vektor (penular) ini,” kata penulis utama penelitian ini dan peneliti pascadoktoral di Université de Montpellier, Andrea Radici seperti dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (22/8/2025).

Nyamuk macan Asia, serangga yang dikenal sebagai penggigit yang sangat agresif dan paling aktif mencari mangsa pada siang hari. Nyamuk ini dianggap berbahaya karena tidak memilih makanannya; nyamuk ini akan menghisap darah dari manusia, hewan peliharaan, hewan liar, hingga burung.

Kemampuannya ini menjadikannya vektor potensial atau penular bagi sejumlah penyakit yang sangat serius. Dikutip dari situs Center for Invasive Species Research UC Riverside, nyamuk ini terbukti mampu menularkan virus penyebab demam berdarah dengue (dari keempat serotipenya), penyakit kuning, cacing jantung anjing, dan berbagai jenis ensefalitis atau radang otak, seperti virus West Nile dan Eastern Equine Encephalitis.

Nyamuk ini juga terbukti dapat menularkan virus St. Louis Encephalitis (SLE) . Namun, kabar baiknya, tingkat virus SLE pada burung di alam liar seringkali terlalu rendah untuk menginfeksi nyamuk macan Asia, sehingga ancaman utamanya justru berasal dari spesies nyamuk lain, yaitu nyamuk Culex. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement