Ahad 24 Aug 2025 11:06 WIB

KAI Hemat Rp 2,5 Miliar dan Pangkas 1.400 Ton Emisi Lewat Energi Surya

Pemanfaatan PLTS sudah dipasang di 66 lokasi hingga Agustus 2025.

Teknisi memasang sensor radiasi matahari pada panel surya pada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kampus Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, Kamis (7/7/2022). PLTS yang menggunakan sistem bersambung dengan jaringan listrik PLN atau disebut instalasi On Grid tersebut memanfaatkan 1.111 panel surya serta mampu memproduksi energi listrik rata rata per hari sebesar 2.250 kWh yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik kampus ITN.
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Teknisi memasang sensor radiasi matahari pada panel surya pada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kampus Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, Kamis (7/7/2022). PLTS yang menggunakan sistem bersambung dengan jaringan listrik PLN atau disebut instalasi On Grid tersebut memanfaatkan 1.111 panel surya serta mampu memproduksi energi listrik rata rata per hari sebesar 2.250 kWh yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik kampus ITN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) memanfaatkan energi surya untuk menghemat biaya operasional hingga Rp 2,5 miliar per tahun. Ini sekaligus mengurangi emisi karbon sekitar 1.400 ton CO₂ setiap tahun.

“KAI terus memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan dengan memanfaatkan energi terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” kata Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, di Jakarta, Ahad (24/8/2025).

Baca Juga

Hingga 21 Agustus 2025, KAI telah memasang PLTS di 66 lokasi, mencakup stasiun, kantor, balai yasa, dan griya karya, dengan kapasitas terpasang mencapai 1.189 kWp.

Menurut Anne, langkah ini bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga bentuk keseriusan KAI dalam mengurangi ketergantungan pada energi berbasis fosil.

“KAI ingin menghadirkan transportasi ramah lingkungan dari hulu ke hilir, termasuk sisi operasional kantor dan fasilitas pendukung. Pemanfaatan energi surya adalah bukti komitmen tersebut,” ujarnya.

Dengan basis produksi energi rata-rata 1.400 kWh per kWp per tahun, PLTS yang terpasang mampu menghasilkan sekitar 1,66 juta kWh per tahun.

Jika dikalkulasikan dengan tarif listrik Juli–September 2025 sebesar Rp 1.444–Rp 1.700 per kWh, penghematan yang diperoleh KAI mencapai Rp 1,86 miliar hingga Rp 2,53 miliar per tahun.

Anne menambahkan, manfaat program ini bersifat ganda. Selain mengurangi biaya operasional, penggunaan PLTS juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon hingga 1.400 ton CO₂ per tahun. Jumlah ini setara dengan efek positif dari menanam lebih dari 60 ribu pohon.

Pemasangan PLTS telah tersebar di titik-titik strategis, mulai dari stasiun besar yang menjadi wajah KAI di hadapan publik hingga balai yasa yang vital dalam perawatan sarana kereta. Dengan begitu, prinsip energi bersih diintegrasikan dalam seluruh aspek bisnis KAI.

Ke depan, KAI menargetkan pemasangan PLTS tambahan di 23 lokasi pada 2025, sejalan dengan kebijakan pemerintah meningkatkan bauran energi nasional.

“Kami ingin setiap langkah modernisasi KAI selalu memiliki sentuhan keberlanjutan. Energi surya menjadi salah satu kunci untuk memastikan perjalanan masa depan yang lebih hijau,” kata Anne.

Ia menegaskan, upaya pemanfaatan energi terbarukan ini sejalan dengan roadmap Environmental, Social, and Governance (ESG) KAI yang menempatkan aspek lingkungan sebagai fondasi penting.

Program PLTS melengkapi berbagai inisiatif keberlanjutan lain seperti elektrifikasi kereta, pengurangan tiket fisik, daur ulang seragam pegawai, hingga penyediaan water station gratis di stasiun.

“Dengan energi surya, kami ingin menunjukkan bahwa keberlanjutan bisa diwujudkan secara nyata dan memberi manfaat langsung bagi generasi mendatang,” kata Anne.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement