REPUBLIKA.CO.ID, MOROWALI -- Kehadiran PT Indonesia Morowali Industrial Park
(IMIP) mengubah lanskap perekonomian daerah dan negara ini dengan positif. Dampak berlipat (multiplier effect) kehadiran kawasan industri terlihat dari
bergeraknya finansial yang tak hanya mengerek nilai ekspor nikel ke pasar dunia,
namun juga menghidupkan ribuan usaha rakyat, menyerap puluhan ribu tenaga
kerja, sekaligus mendongkrak pendapatan daerah.
Data Pemerintah Kabupaten Morowali merinci, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) per kapita atas dasar harga berlaku sejak tahun 2020 hingga 2024 di daerah
ini, terus memperlihatkan kenaikan. Tahun 2020, PDRB per kapita tercatat
Rp388,80 juta dan pada 2024 sudah mencapai Rp1,3 miliar.
Kenaikan angka PDRB per kapita Morowali yang melambung signifikan ini
disebabkan beberapa faktor. Mulai dari nilai komoditas ekspor khususnya logam
dasar yang meningkat hingga pengaruh inflasi pada hampir seluruh lapangan usaha.
Media Relations Head PT IMIP , Dedy Kurniawan, menjelaskan, operasional penuh
kawasan industri ini baru pada tahun 2015, meskipun tahapan pembangunan sudah
dimulai sejak 2013. Kini, puluhan ribu pekerja lokal turut terlibat dalam rantai
produksi, mulai dari smelter hingga logistik.
“Sejak beroperasi, IMIP telah menjadi magnet investasi, khususnya di sektor
hilirisasi nikel dan energi pendukung. Pembangunan infrastruktur pendukung
seperti pelabuhan, jalan dan jaringan listrik yang kami lakukan juga turut membuka
akses ekonomi lebih luas termasuk kepada masyarakat,” kata Dedy Kurniawan,
Kamis (21/08/2025).
Proyeksinya, kehadiran industri ekstraksi raksasa ini juga melahirkan peluang usaha
baru, seperti katering, berbagai bisnis jasa seperti transportasi, laundry, barber
shop, hotel, serta perdagangan. Bahkan, sejumlah developer juga mulai tertarik
membangun perumahan, khususnya di Kecamatan Bahodopi. Semuanya menjadi
daya ungkit dalam menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar kawasan.
Dengan efek ganda yang ditimbulkan, IMIP kini bukan sekadar simbol hilirisasi
industri nikel Indonesia, tetapi juga tumpuan pertumbuhan ekonomi regional yang
terus terpacu dinamis. Konektivitas yang semakin baik juga membuat distribusi
barang lebih lancar, sekaligus memperkuat daya saing daerah dalam menarik
investor baru di sektor non-nikel.
“Dari sisi fiskal, kontribusi pajak, royalti dan retribusi dari aktivitas IMIP menjadi
sumber pendapatan signifikan bagi daerah maupun negara. Dana ini kemudian
menopang pembangunan fasilitas publik, mulai dari layanan kesehatan, pendidikan,
hingga perbaikan sarana umum,” papar Dedy Kurniawan.
Untuk diketahui, data Departemen HR menghitung, jumlah terbaru karyawan PT
IMIP hingga awal Mei 2025 lalu sebanyak 85.423 orang. Angka itu menggambarkan
peningkatan signifikan setiap tahun, seiring perkembangan investasi di kawasan
tersebut.