REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem pada pergantian musim kemarau ke musim hujan. Monsun Australia yang lebih kuat dari biasanya memicu angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah selatan Indonesia, sementara fenomena atmosfer global meningkatkan curah hujan di sejumlah daerah.
Dalam Prospek Cuaca Mingguan periode 2–8 September 2025, BMKG menyebut kombinasi faktor atmosfer global dan regional mendorong cuaca yang bervariasi.
Dipole Mode Index (DMI) negatif menambah pasokan uap air ke barat Indonesia, ditambah gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Ekuator yang mendukung terbentuknya awan hujan di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, terutama di wilayah yang sudah berstatus siaga,” tulis BMKG dalam keterangannya, Selasa (2/9/2025).
BMKG memprediksi wilayah selatan, termasuk Jawa hingga Nusa Tenggara, masih akan didominasi cuaca cerah berawan dengan angin timuran kencang. Namun sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua berpotensi mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.
Untuk periode 2–4 September, peringatan dini hujan lebat dengan status “Siaga” berlaku di Sumatra Selatan, Bengkulu, Papua Barat, dan Papua Tengah.
Sementara untuk periode 5–8 September, status serupa diperkirakan bergeser ke Sumatra Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Angin kencang juga berpotensi melanda Aceh, DKI Jakarta, Banten, Jawa, NTT, NTB, hingga Maluku.
BMKG mengingatkan masyarakat agar memastikan saluran drainase tidak tersumbat, memantau perkembangan informasi cuaca, serta menyesuaikan aktivitas luar ruang. Nelayan dan pengguna transportasi laut diminta berhati-hati terhadap gelombang tinggi yang dipicu angin kencang di sejumlah perairan selatan Indonesia.