REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT TBS Energi Utama Tbk berkomitmen menghadirkan pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan nilai sosial dan lingkungan. Presiden Direktur dan CEO TBS, Dicky Yordan, mengatakan perusahaan memperkenalkan identitas barunya sebagai langkah besar dalam perjalanan transformasi menuju bisnis hijau dan berkelanjutan.
“Transformasi ini merupakan kelanjutan dari inisiatif TBS2030, peta jalan menuju netral karbon yang diluncurkan pada 2021,” ujar Dicky dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Dicky menyampaikan, komitmen tersebut dituangkan dalam acara TBS Re/define yang menjadi momentum memperkenalkan identitas baru sebagai simbol kesiapan menghadapi masa depan yang lebih hijau. Ia mengatakan, TBS memiliki strategi terintegrasi di tiga pilar utama, yakni pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
“Transformasi ini bukan sekadar pergantian identitas, melainkan representasi dari perjalanan panjang TBS untuk menjadi perusahaan yang fokus pada bisnis berkelanjutan,” ujar Dicky.
Ia menyebut desain logo secara visual menghubungkan warisan TBS dengan arah transformasinya menuju bisnis keberlanjutan rendah karbon. Dicky menjelaskan, bentuk keseluruhan simbol terinspirasi dari tenun ikat berbagai wilayah di Indonesia seperti Toraja dan Flores, yang dikenal dengan pola geometrisnya yang indah dan bermakna dalam.
“Garis berkelanjutan berbentuk angka delapan dalam logo melambangkan keseimbangan, kesinambungan, dan kemakmuran, sejalan dengan semangat TBS untuk terus tumbuh secara harmonis bersama masyarakat dan lingkungan,” ucap Dicky.
Dalam tiga tahun terakhir, lanjut Dicky, TBS telah memperluas jejak di sektor pengelolaan limbah dengan mengakuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES) dan ARAH Environmental Indonesia (ARAH), sekaligus memperkuat ekosistem pengelolaan limbah medis, industri, dan domestik di Indonesia. Langkah tersebut dilanjutkan dengan akuisisi penuh terhadap Sembcorp Environment Pte. Ltd. (SembEnviro) di Singapura, yang kini bertransformasi menjadi CORA Environment.
“Integrasi ini menandai ekspansi regional TBS sekaligus memperkuat kapabilitas operasional, teknologi, dan skala bisnis di Asia Tenggara,” ujarnya.
Di bidang energi terbarukan, sambung Dicky, TBS telah mengoperasikan pembangkit listrik mikrohidro berkapasitas 2x3 MW di Lampung sejak Januari 2025. Sementara itu, proyek Tembesi Floating Solar Power Plant berkapasitas 46 MWp di Batam, kolaborasi dengan PLN Nusantara Power, tengah memasuki tahap konstruksi dan ditargetkan beroperasi penuh pada pertengahan tahun depan.
“TBS melalui Electrum juga terus memperkuat ekosistem kendaraan listrik terintegrasi, mencakup perakitan kendaraan, teknologi baterai, infrastruktur penukaran baterai, dan pembiayaan hijau,” kata Dicky.
Chairwoman TBS Foundation, Juli Oktarina, mengatakan perusahaan juga memperkenalkan TBS Foundation sebagai platform yang berfokus pada social value creation dan pengembangan inisiatif sosial perusahaan. Sebagai bagian dari upaya TBS mendorong bisnis rendah karbon, lanjut Juli, TBS Foundation berfokus pada tiga pilar utama, yakni Quality Education, Thought Leadership & Policy Advocacy, dan Impact Capital.
“Melalui TBS Foundation, kami ingin memastikan setiap langkah bisnis TBS membawa manfaat sosial yang terukur dan berkelanjutan,” kata Juli.