Jumat 14 Nov 2025 16:30 WIB

Dari Bobibos Sampai Pertamina, Bahan Bakar Hayati Makin Dilirik

Pertamina berencana kembangkan bioetanol dari gula aren.

Rep: Rizky Suryarandika, Frederikus Bata/ Red: Lida Puspaningtyas
Tim pendukung Bobibos menuangkan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih ke tangki kendaraan seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.
Foto: Republika/Prayogi
Tim pendukung Bobibos menuangkan bahan bakar Bobibos Energi Merah Putih ke tangki kendaraan seusai konferensi pers terkait Bobibos Energi Merah Putih di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025). Bahan bakar alternatif bernama Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktana (RON) tinggi dan emisi rendah, diharapkan menjadi solusi potensial untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor. Inovasi energi terbarukan ramah lingkungan ini lahir dari kreativitas anak bangsa. Bobibos memiliki dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar, yang memanfaatkan jerami sebagai bahan baku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bahan bakar kendaraan yang berasal dari nabati semakin banyak dilirik sebagai upaya mengurangi emisi karbon. Baru-baru ini, Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! (BOBIBOS) viral setelah diluncurkan karena dibuat dari jerami. 

Foundernya, M. Iklas Thamrin menyampaikan BOBIBOS adalah biofuel atau bahan bakar berasal dari bahan biologis. Tidak hanya dari jerami, BOBIBOS juga diklaim bisa dibuat dari limbah-limbah pertanian.

Baca Juga

BOBIBOS ditargetkan dapat digunakan oleh warga Jonggol, Kabupaten Bogor dan sekitarnya pada awal tahun depan. Pembina BOBIBOS sekaligus Anggota DPR RI Mulyadi menyampaikan, kapasitas produksi BOBIBOS saat ini sekitar 300 liter per hari, tergantung pada ketersediaan bahan baku.

"Kami masih produksi 300 liter, hanya 300 liter. Ini untuk uji coba, tapi mereka bisa lihat produk ini," ujar Mulyadi.

Semula, BOBIBOS memang direncanakan hanya untuk beredar di daerah pemilihannya (dapil) saja. Ia mengaku kaget dengan antusiasme masyarakat dan BOBIBOS mendapat atensi nasional.

"Saya tadinya mau kontribusi ke dapil saya saja, saya ingin ringankan beban pengeluaran warga supaya biaya bahan bakar lebih rendah, makanya kami launching hanya untuk Bogor. Tapi ini launching jadi perhatian nasional," ujar Mulyadi

Inovasi ini menjadi cerminan bahwa bahan bakar nol emisi memungkinkan diproduksi untuk memenuhi kepentingan masyarakat dan lingkungan. Raksasa energi, Pertamina pun baru-baru ini menyatakan ketertarikan untuk membuat bahan bakar dari tebu untuk menjadi bioetanol.

photo
Bahan bakar Bobibos, diklaim sejajar dengan Pertamax Turbo Niaga atau Shell V-Power Nitro. - (Republika/Fian Firatmaja)

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement