Kamis 04 Dec 2025 15:45 WIB

Pemerintah Diminta Waspadai Dampak Bencana bagi Pertanian Nasional

Endang mengingatkan produktivitas hingga distribusi pangan sangat rentan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Foto udara kondisi pascabanjir bandang melalui Helikopter Caracal Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja di daerah terisolir akibat bencana di Nagari Tiku V Jorong, Agam, Sumatera Barat, Senin (1/12/2025). TNI-AU melalui Lanud Sutan Sjahrir Padang mendistribusikan 4.500 kilogram logistik untuk korban banjir bandang di Maligi, Pasaman Barat, Sungai Pua Palembayan dan Tiku V Jorong di Agam.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Foto udara kondisi pascabanjir bandang melalui Helikopter Caracal Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja di daerah terisolir akibat bencana di Nagari Tiku V Jorong, Agam, Sumatera Barat, Senin (1/12/2025). TNI-AU melalui Lanud Sutan Sjahrir Padang mendistribusikan 4.500 kilogram logistik untuk korban banjir bandang di Maligi, Pasaman Barat, Sungai Pua Palembayan dan Tiku V Jorong di Agam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Komisi IV DPR Endang Setyawati Thohari mengapresiasi capaian Kementerian Pertanian (Kementan) dan PT Pupuk Indonesia dalam menjaga ketersediaan stok beras nasional. Endang berharap keberhasilan swasembada pangan tak mengendurkan komitmen jangka panjang menjaga stabilitas stok beras.

"Pertumbuhan sektor pertanian ini memang masih tertinggal dari PDB nasional, walaupun Pak Prabowo sudah melarang untuk impor," ujar Endang saat diskusi publik bertajuk “Outlook Sektor Pertanian 2026: Strategi Mewujudkan Kemandirian Pangan Nasional” di Restoran Tjikinii Lima, Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Baca Juga

Endang mengingatkan produktivitas hingga distribusi pangan sangat rentan terdampak tekanan domestik dan global. Endang mencontohkan bencana banjir bandang di Sumatera yang berpotensi menghambat aktivitas produksi maupun distribusi pangan.

"Ada disrupsi logistik dengan adanya bencana alam bagaimana parahnya faktor infrastruktur jalan, pelabuhan sehingga bantuan-bantuan seperti beras tidak bisa diturunkan, harus dari pesawat. Perlu kita bangun infrastruktur yang memadai," ucap legislator Gerindra tersebut.

Endang menyampaikan risiko global berupa ketegangan geopolitik juga selalu mengintai upaya Indonesia membangun kemandirian pangan. Hal ini tercermin saat perang Rusia–Ukraina yang membuat harga bahan baku pupuk melambung tinggi.

"Pabrik pupuk kesulitan mendapat bahan baku sehingga pasokan pupuk kita terhambat," sambung Endang.

Endang menyampaikan pemerintah juga harus memikirkan produksi beras-beras khusus seperti untuk diabetes. Endang menyebut beras-beras khusus memiliki segmen pasar dan potensi ekonomi yang cukup besar.

"(Impor) beras-beras khusus untuk diabetes dan lain sebagainya untuk penyakit-penyakit khusus mencapai 364,3 ribu ton atau Rp 2,97 triliun. Kita dorong supaya Kementan juga menghasilkan beras-beras yang untuk berkebutuhan khusus," lanjut Endang.

Ia berharap pemerintah memberikan ruang lebih besar terhadap para peneliti dengan pemberian fasilitas yang memadai untuk menemukan varietas-varietas unggul. Komisi IV DPR, lanjut Endang, mengusulkan para peneliti yang mengembangkan varietas-varietas lokal bisa dikembalikan ke kementeriannya masing-masing.

"Jangan lupakan juga persoalan adopsi mekanisasi teknologi yang sekarang ini sangat lambat. Penguatan riset benih dan inovasi teknologi juga ini sekarang terhambat dengan adanya kurangnya biaya yang prioritas untuk inovasi teknologi," kata Endang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement