REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketinggian air di sebuah pelabuhan sungai utama di hutan hujan (rainforest) Amazon, Brasil, mencapai titik terendah dalam setidaknya 121 tahun terakhir. Ini terjadi seiring dengan kekeringan ekstrem yang mengganggu kehidupan ratusan ribu orang dan merusak ekosistem hutan.
Kekeringan yang terjadi secara masif di anak-anak sungai Amazon telah membuat kapal-kapal terdampar, dan mengganggu pasokan makanan dan air ke desa-desa terpencil di hutan. Sementara itu, suhu air yang tinggi dicurigai telah membunuh lebih dari 100 lumba-lumba yang hidup di aliran sungai Amazon.
Pelabuhan di Manaus, kota terpadat di Amazonas, Brasil, mencatat ketinggian air 13,59 meter pada hari Senin. Angka tersebut merupakan level terendah, sejak pencatatan dimulai pada tahun 1902, melewati rekor terendah sepanjang masa sebelumnya yang terjadi pada tahun 2010.
“Beberapa daerah di Amazon juga tercatat mengalami tingkat hujan terendah dari bulan Juli hingga September sejak tahun 1980,” kata pusat peringatan bencana pemerintah Brasil, Cemaden, seperti dilansir NBC, Rabu (18/10/2023).
Kementerian Sains Brasil menyalahkan kekeringan tahun ini sebagai akibat dari fenomena iklim El Nino, yang mendorong pola cuaca ekstrem secara global. Dalam sebuah pernyataan awal bulan ini, kementerian tersebut memperkirakan kekeringan akan berlangsung hingga setidaknya bulan Desember, saat efek El Nino diperkirakan mencapai puncaknya.
Menurut badan pertahanan sipil di negara bagian Amazonas, kekeringan telah berdampak pada hampir 400 ribu orang.