REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan Forum Air Dunia (WWF) yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-24 Mei 2024, menjadi momentum kolaborasi untuk mengantisipasi krisis air secara global. "Permasalahan air ini masalah kompleks, keterlibatan berbagai elemen dalam society menjadi penting untuk mengatasi perubahan iklim yang berujung pada krisis air," kata dia dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang disiarkan secara daring di Jakarta, Senin (16/10/2023).
Ia mengatakan, dalam forum tersebut Indonesia memiliki peranan penting untuk menjadi penengah bagi negara maju dan berkembang. Menurut dia, dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan krisis air akan rentan dirasakan oleh negara-negara miskin.
Hal ini, katanya, karena kapasitas pengetahuan dan teknologi negara tersebut masih belum mumpuni untuk memitigasi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, ia menilai dalam keketuaan WWF ke-10, Indonesia mengambil peran penengah untuk dapat mempersuasi pertukaran pengetahuan dan teknologi dalam mencegah krisis air akibat perubahan iklim.
"Indonesia bisa menjembatani kolaborasi untuk transfer knowledge, dan transfer technology," katanya.
Selain itu, ia menilai teknologi yang dimiliki Indonesia dalam memitigasi dan memonitor dampak perubahan iklim sudah cukup baik, sehingga dalam forum tersebut pemerintah bisa menyuguhkan konsep blended antara teknologi dan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.
Hal tersebut agar kolaborasi secara global dalam mengantisipasi krisis air akibat perubahan iklim bisa terwujud.