REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berwisata yang ramah lingkungan kini menjadi lebih krusial dari sebelumnya, karena iklim terus berubah dan pariwisata telah melewati fase yang buruk pascapandemi Covid. Polusi dan limbah berlebih telah menyebabkan kerusakan pada lingkungan, hewan, hingga masyarakat yang tinggal di lokasi wisata.
Tidak hanya itu, pariwisata secara umum telah menyumbang 8 hingga 10 persen emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Dan sebagai solusi, wisata yang berkelanjutan (sustainable travel) telah digaungkan oleh para ahli dan pegiat lingkungan karena dinilai lebih bertanggung jawab.
Lantas bagaimana menerapkan sustainable travel? Menurut pegiat sosial dan lingkungan dari Inggris, Charlie Fletcher, setiap traveler disarankan untuk melakukan perencanaan perjalanan terlebih dahulu. Misalnya jika akan mengemudi, pilih rute-rute yang bisa menghemat bahan bakar. Sebelum berangkat, tentukan juga hotel untuk menginap, makanan yang akan disantap, atau destinasi wisata yang ingin dikunjungi.
Khususnya, memilih tempat makan sangat melancong bisa sangat penting. Dengan mengonsumsi makanan yang berasal dari sumber lokal, wisatawan akan mengonsumsi makanan yang lezat dan mendukung petani dan bisnis lokal.
“Ketika Anda menghindari makan di restoran dan toko-toko besar, artinya Anda telah berkontribusi mengurangi kebutuhan truk untuk melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mengantarkan pasokan ke bisnis-bisnis ini,” kata Fletcher seperti dilansir Earth, Rabu (1/11/2023),
Salah satu cara untuk mengurangi sampah dan meminimalisir polusi plastik juga bisa dilakukan dengan menghindari plastik sekali pakai. Saat pergi ke restoran, pesanlah makanan yang ingin dimakan saja, sehingga tidak memerlukan pembungkus makanan yang tidak perlu. Wisatawan juga harus membawa botol air minum yang dapat digunakan kembali, alih-alih membeli air mineral botol.
“Kemanapun kalian berwisata, ikuti salah satu prinsip utama perjalanan berkelanjutan: tidak mengotori dan merusak tempat wisata. Hal ini terutama berlaku saat berwisata ke alam bebas atau hutan belantara. Jangan biarkan sampah berserakan atau membawa sampah berlebih,” tegas dia.
Selain itu, bagi seseorang yang nomaden atau menjalani kehidupan di mobil van (van living), keberlanjutan harus menjadi tujuan utama. Ada beberapa tips yang perlu dipertimbangkan saat bepergian dengan mobil van agar lebih berkelanjutan. Pertama, teliti setiap daerah baru yang akan dikunjungi. Bagaimana ekosistem dan kebiasaan warga lokal di sana, sehingga Anda tidak menjadi pengganggu saat tiba di satu lokasi baru.
Ketika menemukan area baru untuk dijelajahi, Flecher juga menyarankan agar tinggal lebih lama untuk mengurangi konsumsi bahan bakar. Cari tempat perkemahan atau area parkir yang dekat dengan lokasi yang ingin dikunjungi, sehingga Anda tidak perlu berkendara ke sana.
“Yang juga penting adalah mengurangi sampah dengan menggunakan tas belanjaan yang dapat digunakan kembali dan menyimpan makanan dalam wadah yang dapat digunakan kembali. Anda juga harus selalu membawa tempat sampah, agar perjalanan Anda menjadi lebih bertanggung jawab pada lingkungan dan alam,” kata Fletcher.