REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yunani mencapai rekor tertinggi dalam produksi energi angin, surya, dan pembangkit listrik tenaga air pada 2023, menurut Operator Transmisi Daya Independen (IPTO). Hal ini menjadi salah satu upaya Yunani untuk menjadi pengekspor energi ramah lingkungan ke negara-negara Eropa Utara.
Dalam laporannya, IPTO menyatakan bahwa tenaga yang dihasilkan oleh energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air menyumbang 57 persen dari bauran energi Yunani tahun lalu, meningkat 8,5 persen per tahun dari tahun 2022. Sisanya berasal dari gas, minyak, dan batu bara.
Setelah menutup sebagian besar pembangkit listrik tenaga batu bara yang telah diandalkannya selama beberapa dekade, sebagai bagian dari rencana untuk menghentikan penggunaan batu bara pada tahun 2026, Yunani telah meningkatkan produksi energi terbarukan lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2014.
Sementara itu, menurut draft rencana iklim dan energi Yunani, negara ini perlu menginvestasikan sekitar 30 miliar euro untuk meningkatkan kapasitas hijau, memperluas jaringan listrik, dan memasang unit penyimpanan energi. Itu dinilai penting guna mencapai target 44 persen konsumsi energi yang berasal dari energi hijau pada tahun 2030, dari 22 persen pada tahun 2021.
“Sebagai bagian dari proyek 10 tahun senilai 5 miliar euro, IPTO berencana untuk memperluas kapasitas jaringan listrik menjadi 29 gigawatt pada tahun 2030 dari 18 gigawatt saat ini,” kata Chief Executive Officer IPTO, Manos Manoussakis, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Kamis (1/2/2024).
Bersamaan dengan memperluas interkoneksi dengan negara-negara tetangga seperti Bulgaria, Yunani juga telah mempromosikan pembangunan jaringan listrik bawah laut ke Mesir dan satu lagi yang akan menjangkau Jerman melalui Laut Adriatik, Slovenia, dan Austria.