Senin 29 Jan 2024 20:27 WIB

Sektor Energi Bersih Jadi Pendorong Terbesar Pertumbuhan PDB China pada 2023 

Investasi China dalam infrastruktur energi terbarukan mencapai 890 miliar dolar AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Sektor energi bersih di China menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada tahun 2023.
Foto: Xinhua
Sektor energi bersih di China menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada tahun 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor energi bersih di China menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada tahun 2023, dengan kontribusi sebesar 40 persen dari ekspansi ekonominya. Hal ini berdasarkan pada laporan terbaru dari lembaga riset global, Centre of Research on Energy and Clean Air (CREA).

Laporan dari lembaga yang teregistrasi di Finlandia ini menggarisbawahi skala investasi China dalam infrastruktur energi terbarukan, yang mencapai 890 miliar dolar AS tahun lalu. Angka ini hampir setara dengan investasi global dalam pasokan bahan bakar fosil untuk tahun 2023.

Baca Juga

Energi bersih, yang terdiri dari sumber energi terbarukan, tenaga nuklir, jaringan listrik, penyimpanan energi, kendaraan listrik (EV), dan kereta api, menyumbang 9,0 persen dari PDB China pada tahun 2023, naik dari 7,2 persen pada tahun sebelumnya.

Peningkatan tersebut sebagian besar berasal dari sektor tenaga surya, EV, dan penyimpanan energi. Sektor tenaga surya China tumbuh sebesar 63 persen menjadi 2,5 triliun yuan (350 miliar dolar AS) pada tahun 2023. Sementara produksi mobil listrik tumbuh sebesar 36 persen.

Ekspansi energi bersih yang cepat dan pengaruhnya terhadap perekonomian diperkuat oleh perlambatan yang sedang berlangsung di sektor properti China.

“Modal, termasuk pinjaman bank dan pengeluaran pemerintah, dialokasikan kembali dari real estat ke manufaktur kelas atas, yang mewakili poros utama dalam strategi makroekonomi negara tersebut,” demikian menurut CREA seperti dilansir Reuters, Jumat (26/1/2024).

Pada tahun 2020, Beijing mengumumkan serangkaian target untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060. Pemerintah berkomitmen untuk membangun 1.200 gigawatt kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030 untuk mendukung hal ini, tetapi China berada di jalur yang tepat untuk mencapai target tersebut lima tahun lebih awal.

Namun, menurut analisa CREA, sektor ini berisiko mengalami kelebihan kapasitas jika tingkat pertumbuhannya dipertahankan karena ada batasan berapa banyak yang dapat diserap oleh ekonomi domestik China.

Ekspor mobil listrik, baterai, dan panel surya dengan harga murah dari China telah memicu kekhawatiran akan adanya dumping dari mitra dagang China, yang mengarah pada seruan kepada otoritas bea cukai untuk mempertimbangkan mengambil langkah-langkah proteksionis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement