Rabu 29 Oct 2025 18:50 WIB

Indonesia akan Buka ‘Toko Karbon’ di COP30

Program ini untuk memperkenalkan potensi proyek karbon nasional kepada pasar global.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Yulia Suryanti.
Foto: Lintar Satria/Republika
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Yulia Suryanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia akan menampilkan inovasi baru dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) dengan menggelar Seller Meet Buyers (SMB), forum yang mempertemukan pengembang proyek hijau nasional dengan calon pembeli karbon internasional. Inisiatif ini menjadi prototipe “toko karbon” pertama Indonesia di panggung global.

Penanggung jawab SMB sekaligus Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Yulia Suryanti menjelaskan, sesi SMB bukan berupa diskusi atau seminar, melainkan pertemuan bisnis berdurasi satu jam yang secara khusus menampilkan proyek-proyek karbon siap jual.

Baca Juga

“Selama satu jam itu akan disampaikan proyek-proyek yang akan kita jual. Yang sudah ada sertifikatnya ada 11, yang masih dalam proses sekitar 15 proyek,” ujar Yulia dalam Media Briefing COP30/CMP20/CMA-7 UNFCCC, Rabu (29/10/2025).

Proyek-proyek tersebut berasal dari sejumlah perusahaan dan lembaga nasional, seperti PLN, Pertamina, dan KIS. “Namun ini baru contoh. Masih banyak proyek lain yang sedang kami verifikasi dan bisa berubah menjelang pelaksanaan,” tambahnya.

SMB merupakan inisiatif perdana Indonesia di COP dan telah dipromosikan selama enam bulan terakhir melalui kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). “Kemenlu memiliki jejaring internasional yang kami manfaatkan untuk memperkenalkan proyek-proyek karbon Indonesia,” kata Yulia.

Ia menegaskan, kegiatan ini tidak bersifat eksklusif bagi satu perusahaan, melainkan terbuka untuk memperkenalkan potensi proyek karbon nasional kepada pasar global. “Misi SMB ini adalah menunjukkan bahwa Indonesia memiliki proyek-proyek karbon yang nyata dan siap dijual,” ujarnya.

Dalam sesi SMB, pengembang proyek dapat menampilkan inisiatif yang sudah memiliki Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE), sedang dalam proses verifikasi (STI), maupun baru sampai tahap identifikasi (PIN). Beberapa lembaga, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga verifikasi karbon, juga akan hadir untuk memperkuat kesiapan regulasi dan pembiayaan sektor karbon nasional.

Yulia menambahkan, SMB belum menargetkan nilai transaksi tertentu karena sifatnya masih percontohan. “Tujuan utama kami adalah membuka pintu pasar, memperlihatkan kesiapan proyek, dan menarik minat pembeli internasional,” ujarnya.

COP merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam kerangka UNFCCC yang mempertemukan negara-negara, sektor bisnis, dan akademisi untuk memperkuat kerja sama global dalam pengendalian perubahan iklim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement