Rabu 28 Feb 2024 07:50 WIB

Studi: Pohon Bisa Tahan Efek Pemanasan Global

Pohon mampu menahan lonjakan suhu yang disebabkan krisis iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pertumbuhan pohon yang dramatis di bagian timur Amerika Serikat telah memberikan manfaat yang lebih menakjubkan yaitu menahan lonjakan suhu yang disebabkan oleh krisis iklim.
Foto: www.freepik.com
Pertumbuhan pohon yang dramatis di bagian timur Amerika Serikat telah memberikan manfaat yang lebih menakjubkan yaitu menahan lonjakan suhu yang disebabkan oleh krisis iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pohon memberikan banyak sekali manfaat bagi dunia, mulai dari makanan, tempat berlindung, hingga oksigen. Terbaru, para peneliti menemukan bahwa pertumbuhan pohon yang dramatis di bagian timur Amerika Serikat telah memberikan manfaat yang lebih menakjubkan yaitu menahan lonjakan suhu yang disebabkan oleh krisis iklim.

Meskipun AS seperti negara-negara lain di dunia mengalami pemanasan sejak zaman industri karena pembakaran bahan bakar fosil, para ilmuwan telah lama dibingungkan oleh apa yang disebut lubang pemanasan (warming hole) di beberapa bagian tenggara AS, di mana suhunya tidak berubah, atau bahkan mendingin, terlepas dari tren pemanasan yang luas.

Baca Juga

Studi baru ini menemukan bahwa alasan utama terjadinya anomali ini adalah reboisasi besar-besaran di sebagian besar wilayah timur AS, setelah hilangnya sejumlah besar pohon akibat pemukiman orang Eropa di Amerika. Wilayah yang begitu luas tersebut telah dihijaukan kembali dalam satu abad terakhir, dengan jumlah pohon yang tumbuh cukup banyak hingga mencakup luasan Inggris. Hal ini pada akhirnya membantu menghambat dampak pemanasan global.

"Reboisasi yang dilakukan sangat luar biasa dan kami telah menunjukkan bahwa hal ini berdampak pada suhu udara di sekitarnya. Lubang pemanasan telah menjadi misteri yang nyata dan meskipun ini tidak menjelaskan semuanya, penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat penting dengan kembalinya pepohonan,” kata ilmuwan lingkungan di Indiana University yang memimpin studi, Mallory Barnes, seperti dilansir The Guardian, Rabu (27/2/2024).

Sejak awal sejarah kolonial AS, terjadi lonjakan deforestasi karena hutan dibabat habis untuk lahan pertanian dan perumahan. Tetapi hal ini mulai berbalik sejak sekitar tahun 1920-an, ketika lebih banyak orang mulai pindah ke kota, meninggalkan lahan marjinal yang kemudian ditanami kembali dengan pepohonan.

Sementara itu, pemerintah AS memulai program penanaman pohon yang agresif, dan faktor-faktor ini menghasilkan sekitar 15 juta hektar area yang dihijaukan kembali dalam satu abad terakhir di bagian timur AS.

Pemulihan hutan di bagian timur AS telah mengurangi pemanasan global terutama melalui transpirasi pepohonan, di mana air ditarik melalui akar ke daun dan kemudian dilepaskan ke udara sebagai uap, sehingga membantu mendinginkan area di sekitarnya.

Dengan meneliti data dari satelit dan stasiun cuaca yang terletak di seluruh bagian timur AS dari tahun 1900 hingga 2000, Barnes dan rekan-rekannya menemukan bahwa area yang dihijaukan kembali telah memberikan dampak pendinginan dalam skala besar, dengan sebagian besar efek ini terjadi dalam jarak 400 meter dari pepohonan.

Secara keseluruhan, hutan yang direboisasi saat ini mendinginkan AS bagian timur sebesar 1 hingga 2 derajat Celcius setiap tahunnya. Efek pendinginan ini paling kuat terjadi pada hari-hari terpanas di musim panas, ketika pepohonan menurunkan suhu sebesar 2 sampai 5 derajat Celcius.

Para peneliti memperingatkan bahwa reboisasi bukanlah satu-satunya penyebab terhentinya pemanasan global. Ada faktor lain seperti polutan di udara yang menghalangi masuknya sinar matahari dan irigasi pertanian. Namun Barnes mengatakan bahwa temuan ini seharusnya dapat meningkatkan upaya untuk melakukan reboisasi secara bijaksana, terutama di dekat komunitas perkotaan yang mengalami suhu panas karena kurangnya pohon rindang.

"Pohon memiliki dampak yang sangat menguntungkan pada suhu permukaan melalui transpirasi, yang mirip dengan keringat manusia, dan pohon dapat mendinginkan suhu," kata Barnes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement