Rabu 03 Apr 2024 13:00 WIB

Jumlah Salju Turun Terus Berkurang, Olahraga Ski Terancam Punah

Sebanyak 13 persen area ski di dunia terancam kehilangan tutupan salju.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Seorang pemain ski melintasi padang rumput yang hampir tidak tertutup salju (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/Christian Bruna
Seorang pemain ski melintasi padang rumput yang hampir tidak tertutup salju (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga ski di berbagai belahan dunia akan terancam punah seiring dengan semakin kuatnya pengaruh perubahan iklim. Sebuah studi yang memprediksi perubahan curah salju di masa depan di tujuh wilayah di seluruh dunia, menemukan bahwa 13 persen area ski diproyeksikan akan benar-benar kehilangan tutupan salju alami tahunan pada tahun 2100.

Sementara itu, 20 persen area ski di seluruh dunia akan kehilangan lebih dari separuh tutupan saljunya pada periode 2071 hingga 2100, menurut studi tersebut. Australia diprediksi akan mengalami dampak terburuk, kehilangan lebih dari tiga perempat hari bersalju pada akhir abad ini.

Baca Juga

Penulis studi dari University of Bayreuth di Jerman, Veronika Mitterwallner, mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan apa yang sudah mulai terjadi saat ini.

"Semakin banyak resor ski yang tutup karena kurangnya salju, dan event olahraga musim dingin, terutama di dataran rendah, berlangsung di atas hamparan salju putih yang dikelilingi lanskap hijau," kata Mitterwallner seperti dilansir Newscientist, Rabu (3/4/2024).

Mitterwallner dan rekan-rekannya membuat tiga skenario emisi gas rumah kaca yaitu rendah, sedang, dan tinggi, selama sisa abad ini. Mereka menemukan bahwa hari tutupan salju tahunan di tujuh wilayah pegunungan utama dengan lereng ski akan menurun secara signifikan di seluruh dunia dalam ketiga skenario.

Di bawah skenario emisi menengah, penelitian ini memprediksi bahwa rata-rata hari tutupan salju tahunan akan menurun sebesar 43 persen di Andes, 37 persen di Appalachian, 78 persen di Pegunungan Alpen Australia, 42 persen di Pegunungan Alpen Eropa, 50 persen di Pegunungan Alpen Jepang, 23 persen di Pegunungan Rocky, dan 51 persen di Pegunungan Alpen Selatan Selandia Baru pada akhir abad ini dibandingkan dengan waktu historis. Satu-satunya negara ski besar yang tidak dapat dimodelkan karena data yang tidak mencukupi adalah Cina.

Mitterwallner dan rekan-rekannya memperingatkan bahwa ketika ladang ski dipaksa untuk mundur ke daerah yang lebih tinggi dan lebih terpencil, operator resor akan memberikan tekanan yang lebih besar untuk pindah ke ekosistem pegunungan yang terancam.

"Spesies di dataran tinggi sudah berada di bawah tekanan akibat laju perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Selain itu, ski alpen bergantung pada pembangunan infrastruktur, perawatan lereng, dan bentuk degradasi lahan lainnya, yang tentu saja berdampak pada ekosistem pegunungan,” kata Mitterwallner.

Janette Lindesay dari Australian National University di Canberra mengatakan bahwa skenario yang dimodelkan dalam makalah ini realistis.

"Kita sudah bergerak lebih jauh ke dalam situasi di mana lingkungan secara signifikan lebih panas daripada sebelumnya, dan akan terus menjadi lebih panas. Saya memperkirakan bahwa kondisi yang cocok untuk turunnya salju akan terus berkurang di mana pun hujan salju terjadi,” kata Lindesay.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement