Jumat 19 Apr 2024 07:45 WIB

RI Minta Negara Maju Berkontribusi Lebih untuk Energi Terbarukan

Dengan demikian, transformasi ke energi bersih bisa berdampak positif bagi masa depan

Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam diskusi G20 Parliamentary Speakers Summit di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/10/2022).
Foto: Republika/Prayogi
Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam diskusi G20 Parliamentary Speakers Summit di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menekankan agar negara-negara maju berkontribusi lebih banyak dalam mendukung negara berkembang untuk menciptakan teknologi bersih, mengalirkan pendanaan hijau dan murah, serta pertukaran pengetahuan dalam bidang energi terbarukan.

Indonesia yang diwakili Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana, menyampaikan hal tersebut sebagai intervensinya pada sidang majelis umum ke-14 Badan Energi Internasional (IRENA), Abu Dhabi, UEA, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga

Indonesia juga mendorong agar negara maju dan aktor global dapat berperan lebih untuk memastikan proses transisi energi berjalan baik dan adil. Dengan demikian, transformasi dari energi fosil ke ramah lingkungan dapat berdampak positif bagi masa depan iklim yang lebih hijau dan memiliki resiliensi.

"Kemitraan dan dukungan global sangat penting dalam mendapat pendanaan signifikan untuk infrastruktur dan teknologi. Negara-negara maju dan aktor global diharapkan memiliki lebih banyak kontribusi untuk mendukung negara-negara berkembang, emerging countries dalam hal teknologi yang lebih bersih," kata Dadan.

Menurut Dadan, hingga saat ini tantangan teknologi dan investasi masih membayangi jalan pengembangan energi terbarukan.

Indonesia, kata Dadan, sebagaimana Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC), menargetkan pengurangan emisi karbon secara total dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada 2030. Indonesia juga terus mengakselerasi program transisi energi dengan target mencapai nol emisi pada 2060 atau lebih awal.

"Selama upaya terus berlangsung, untuk mengembangkan energi terbarukan, Indonesia juga melihat pembangunan hidrogen hijau sebagai bagian penting," kata dia.

Dalam forum itu, Dadan juga mengungkapkan Indonesia juga berusaha untuk mengoptimalkan pengembangan dan penggunaan mineral kritikal di wilayah energi bersih. "Kami memahami kepentingan agar mineral kritis sebagai asas untuk pengembangan ekonomi dan teknologi di wilayah energi bersih," ujar dia.

Hal yang juga ditekankan Indonesia adalah upaya untuk mengembangkan energi terbarukan menjadi lebih kompetitif dalam hal biaya dan efektivitas karena momentum mengenai transisi energi global.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement