Jumat 03 May 2024 19:55 WIB

PBB Serukan Semua Pihak Terlibat dalam Kampanye Global Climate Promise 2025

Climate Promise 2025 mewakili keseluruhan sistem PBB yang bersatu.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perubahan iklim (ilustrasi).
Foto: www.pixabay.com
Perubahan iklim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat tinggi PBB meluncurkan kampanye global baru yaitu Climate Promise 2025 untuk mengatasi keadaan darurat iklim. PBB mengajak semua pihak termasuk masyarakat adat, perusahaan raksasa, hingga influencer guna mengambil langkah-langkah yang lebih ambisius untuk memastikan suhu global tidak meningkat melebihi 1,5 derajat Celcius.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa inisiatif yang digerakkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) tersebut menekankan pentingnya kolaborasi dalam melawan perubahan iklim. 

Baca Juga

"Banyak negara memiliki keinginan untuk mengambil langkah yang lebih ambisius dalam aksi iklim, tetapi dunia perlu memobilisasi untuk memastikan bahwa ada jalan," kata Guterres seperti dilansir UN, Jumat (3/5/2024).

Guterres mengatakan bahwa Climate Promise 2025 mewakili keseluruhan sistem PBB yang bersatu, membantu pemerintah untuk bangkit, memanfaatkan peluang, dan membuat rencana iklim nasional baru yang selaras dengan batas 1,5 derajat Celcius.

Climate Promise UNDP telah bekerja sama dengan 128 negara dalam putaran terakhir rencana iklim nasional untuk meningkatkan kualitas dan ambisi.

"Jika dilakukan dengan benar, rencana iklim nasional berfungsi ganda sebagai rencana investasi nasional dan memperkuat rencana pembangunan nasional. Rencana-rencana tersebut dapat mendorong pembangunan berkelanjutan, menghubungkan miliaran orang dengan energi bersih, meningkatkan kesehatan, menciptakan lapangan kerja bersih, dan memajukan kesetaraan,” jelas dia.

Guterres menegaskan bahwa kolaborasi sangat mendesak, karena Maret ini merupakan bulan terpanas yang pernah tercatat. Dari Eropa hingga Asia, kerusakan akibat iklim terus terjadi. Misalnya, hujan badai yang memecahkan rekor di Uni Emirat Arab telah menghancurkan tanaman pangan dan melemahkan pasokan air di Malawi, Zambia, dan Zimbabwe. 

"Apa yang kita lihat hanyalah gambaran dari bencana yang menanti. Kecuali kita membatasi kenaikan jangka panjang suhu global hingga 1,5 derajat Celcius. Ini adalah pilihan antara hidup atau mati untuk batas 1,5 derajat Celcius,” kata Guterres. 

Guterres mengatakan bahwa semua negara harus memainkan perannya masing-masing, termasuk Group of 20 (G20), yang menyumbang sekitar 80 persen emisi. 

"Kita membutuhkan langkah-langkah konkret tahun ini untuk mengalirkan dana dan memungkinkan lonjakan ambisi iklim," ujar dia.

Ia mengatakan bahwa G20 harus mengajukan rencana iklim nasional yang kuat, ambisius dan komprehensif sebelum COP30. Selain itu, juga berkomitmen untuk secara dramatis mempercepat penghapusan penggunaan bahan bakar fosil, merinci kebijakan dan peraturan untuk memberikan kepastian dan prediktabilitas pada pasar.

“Batas 1,5 derajat Celcius masih memungkinkan, tapi tidak dalam waktu lama. PBB berupaya untuk mendukung semua pihak. Mari kita bersama-sama wujudkan rencana aksi perubahan iklim selanjutnya,” kata Guterres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement