Selasa 22 Jul 2025 15:00 WIB

KKP Gandeng Masyarakat Lokal Lindungi Habitat Penyu di Raja Ampat

Penyu merupakan spesies kunci dalam ekosistem laut.

Rep: Muhammad Nursyamsi / Red: Satria K Yudha
(Ilustrasi) Seorang penangkar menunjukkan anak penyu (tukik) hasil penetasan pada areal konservasi milik Yayasan Pecinta Penyu Mapak Indah di pesisir pantai Kota Mataram, NTB, Rabu (19/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Dhimas Budi Pratama
(Ilustrasi) Seorang penangkar menunjukkan anak penyu (tukik) hasil penetasan pada areal konservasi milik Yayasan Pecinta Penyu Mapak Indah di pesisir pantai Kota Mataram, NTB, Rabu (19/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjalin kerja sama dengan Yayasan Penyu Papua (YPP) untuk memperkuat perlindungan penyu dan pelestarian habitatnya di kawasan konservasi Raja Ampat dan Waigeo Barat. Kesepakatan dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kemitraan yang ditandatangani di Kantor YPP, Raja Ampat.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan, Koswara, menjelaskan kerja sama antara Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang dan YPP mencakup kegiatan pemantauan populasi penyu, perlindungan ekosistem laut, serta edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Pendekatan ini, kata dia, menjadi bagian dari strategi konservasi berbasis wilayah.

Baca Juga

“Model kemitraan ini menjadi salah satu pendekatan yang kami dorong untuk memperkuat konservasi berbasis wilayah, dengan prinsip kolaborasi dan keberlanjutan. Ini sejalan dengan visi pengelolaan laut yang sehat dan produktif,” ujar Koswara dalam keterangan tertulis, Selasa (22/7/2025).

Ia menambahkan, kawasan Waigeo Barat dan Raja Ampat merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi, namun kini terancam oleh aktivitas manusia dan perubahan iklim. Perjanjian ini akan berlangsung selama tiga tahun dan bisa diperpanjang berdasarkan evaluasi berkala.

Kegiatan monitoring dirancang dilakukan setidaknya sekali dalam setahun, dengan evaluasi triwulanan oleh BKKPN Kupang untuk memastikan efektivitas program.

Direktur Konservasi Spesies dan Genetik, Sarmintohadi, menyebut penyu sebagai spesies kunci dalam ekosistem laut dan menilai kemitraan ini krusial untuk memastikan konservasi berbasis ilmu pengetahuan dan partisipasi masyarakat.

“Kemitraan ini sangat penting untuk memastikan langkah konservasi kita berbasis ilmu pengetahuan dan melibatkan masyarakat sebagai garda depan pelestarian,” katanya.

Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, menilai kolaborasi dengan organisasi lokal seperti YPP memperkuat pengelolaan konservasi yang lebih partisipatif. Ia mengakui penyu belum menjadi fokus utama lembaganya, namun data dari program ini akan membuka peluang kerja sama lanjutan.

“Upaya ini penting sebagai langkah awal untuk mendapatkan data valid tentang populasi dan genetika penyu. Ini juga membuka peluang kerja sama lanjutan dengan mitra pendukung seperti Blue Abadi Fund,” ujar Imam.

Ketua YPP, Ferdiel Ballamu, menyebut kolaborasi ini sebagai bentuk pengakuan atas kiprah YPP selama ini. Ia berharap program konservasi juga berdampak langsung pada masyarakat melalui pendidikan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Program ini sejalan dengan arah kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang mendorong pelindungan spesies laut prioritas dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement