REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Kalurahan atau desa Caturharjo, Kabupaten Bantul, membuat 5.000 jogangan (lubang di tanah) untuk mendukung Gerakan Bantul Bersih Sampah 2025. Ribuan jogangan ini dibuat dengan tujuan mempercepat penyelesaian masalah sampah di daerah tersebut.
“Di Caturharjo mempunyai metode 'Olah Sampah Coro Simbah' yaitu mengembalikan sampah organik ke alam dengan cara dimasukkan ke jogangan,” kata Lurah Caturharjo, Wasdiyanto dalam kegiatan Semarak Gerakan 5.000 Jagongan di Pendopo Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, belum lama ini.
Wasdiyanto menyebut bahwa di Kalurahan Caturharjo sendiri sudah dilakukan pengolahan sampah dari rumah tangga. Sampah anorganik yang masih bernilai ekonomi dijual ke BUMKal, dan sampah residu diolah di Laboratorium Pengelolaan Sampah Kuroboyo.
“Kemudian sampah organik dimasukkan ke jogangan (lubang di tanah). Selain menjadi pupuk kompos, jogangan ini juga bisa berfungsi sebagai resapan saat musim penghujan,” ucapnya.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pun mengapresiasi pencanangan Gerakan 5.000 jogangan tersebut. Menurutnya, gerakan ini menjadi sangat strategis mengatasi persoalan sampah di Kabupaten Bantul.
Terlebih, kata Halim, saat ini telah dilakukan desentralisasi pengelolaan sampah sejak ditutupnya TPST Piyungan. Dengan desentralisasi sampah ini, kabupaten/kota di DIY harus mengelola sampahnya secara mandiri.
“Kalurahan Caturharjo ini menjadi salah satu kalurahan yang merespons cepat terkait kemandirian pengelolaan sampah, dan mampu menghasilkan satu program yang didukung warganya. Gerakan 5.000 Jogangan ini akan mempercepat kemandirian pengelolaan sampah,” kata Halim.
Halim menyebut bahwa dengan berbagai upaya yang dilakukan dalam pengelolaan sampah sejak dari tingkat bawah, pihaknya yakin bahwa pada 2025 persoalan sampah di Bantul bisa teratasi.
“Kita terus mendorong kalurahan meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan sampah,” jelasnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika