Sabtu 15 Jun 2024 17:00 WIB

Limbah Jagung Dimanfaatkan Jadi Bahan Bakar PLTU

Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Satria K Yudha
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.
Foto: dok PLN
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEPONTO -- PT PLN (Pesero) melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) menggandeng Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dalam pemanfaatan limbah produksi jagung menjadi biomassa. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya. 

Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU. Sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa. Tujuannya untuk  menekan emisi gas buang.

Baca Juga

Sebelumnya, PLTU Punagaya telah menggunakan co-firing yang berasal dari sawdust dan woodchip. Penjabat Bupati (Pj Bupati) Jeneponto, Junaedi Bakri mengatakan, wilayahnya merupakan salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang ada, dengan luas lahan tanam jagung mencapai 60.165 hektare dan produksi jagung pada 2022 mencapai 418 ribu ton, wilayah ini memiliki andil besar terhadap suplai jagung nasional. 

Ia mengapresiasi PLN Nusantara Power yang telah mengambil langkah tepat dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung yang berlimpah tersebut. Langkah nyata itu pun membuat produksi lebih bermanfaat untuk energi hijau. 

"Saya melihat ada potensi besar yang dapat dimanfaatkan PLN Nusantara Power dalam mengolah limbah bonggol jagung sebagai bahan biomassa. Saya berharap agar limbah ini dapat terserap paling tidak 20 persen dari total produksi jagung," ujar Junaedi dalam siaran pers, Sabtu (15/6/2024).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, pihaknya terus berkomitmen dan konsisten untuk menghadirkan energi bersih. Ini demi tercapainya Net Zero Emissions (NZE). Menurutnya, pemanfaatan limbah jagung merupakan langkah positif mewujudkan listrik hijau yang sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia. 

"Dengan menerapkan co-firing biomassa menjadi salah satu solusi cepat dalam mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) karena tidak perlu membangun pembangkit baru," ujar Darmawan.

Selain pengurangan emisi dan penggunaan energi fosil, jelas Darmawan, co-firing juga mendorong perekonomian. Masyarakat terlibat langsung dalam pengembangan biomassa.

Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyampaikan pihaknya telah menyelesaikan uji coba co-firing bonggol jagung di dua lokasi. Pertama di PLTU Punagaya. Berikutnya di PLTU Tanjung Awar-Awar, Tuban. 

Ruly mencatat, total kebutuhan biomassa bahan co-firing PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun dengan potensi penurunan emisi mencapai sekitar 169 ton CO2. Kabupaten Jeneponto memiliki potensi limbah jagung yang dapat dipergunakan sekaligus menjadi solusi pengurangan sampah.

Tidak saja berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan, co-firing yang diterapkan oleh PLN Nusantara Power juga berperan dalam menggerakan roda perekonomian dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) warga sekitar PLTU tersebut.

"Metode co-firing ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat," ujar Ruly.

PLN Nusantara Power juga mengaplikasikan co-firing di 25 PLTU yang ada di Indonesia. Selama 2023 PLN NP memproduksi 525,62 GWh energi hijau dari co-firing atau setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79 metrik ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement