REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis memperingatkan warga negaranya untuk mengantisipasi dampak musim panas yang dapat menyebabkan risiko kebakaran hutan. Musim panas tahun ini juga disebut berbahaya karena bisa menimbulkan kekeringan berkepanjangan.
Yunani kerap dilanda kebakaran hutan, tapi kini cuaca di negara itu semakin panas, kering, dan tak bisa diprediksi. Menurut ilmuwan, semakin sering dan intensifnya cuaca panas dan kering dipengaruhi perubahan iklim yang dipicu aktivitas manusia.
Pada pekan ini saja sudah terjadi puluhan peristiwa kebakaran hutan di Yunani, termasuk dua kebakaran hutan di dekat Ibu Kota Athena. Lebih dari 100 pemadam kebakaran dibantu 11 pesawat dan lima helikopter berusaha memadamkan api di Pulau Kos dan Chios.
"Musim panas tahun ini diperkirakan lebih berbahaya, masa-masa paling sulit masih di depan kita. Kondisi cuaca bulan Juni tahun ini sangat menyulitkan dengan kekeringan dan hembusan angin yang sangat kencang untuk musim ini," kata Mitsotakis kepada pada kabinetnya, Senin (1/7/2024).
Ia memuji pemadam kebakaran yang berhasil menahan kebakaran pada akhir pekan lalu. Mitsotakis mengatakan kurang dari 100 ribu meter persegi lahan terbakar di dua lokasi kebakaran hutan.
Ia menambahkan kerusakan berhasil dibatasi karena respon dari badan kedaruratan negara dan penggunaan drone untuk mensurvei hutan. Yunani meningkatkan persiapannya pada tahun ini dengan mempekerjakan lebih banyak pegawai dan menambah pelatihan, setelah kebakaran hutan tahun lalu memaksa lebih dari 19 ribu orang di Kepulauan Rhodes mengungsi dan menewaskan 20 orang di utara negara itu.
Dalam pernyataan yang dirilis juru bicara pemerintah, Menteri Perlindungan Sipil Vassilis Kikilias mengatakan Yunani menggunakan teknologi, termasuk pesawat tanpa awak dan pemancar data, untuk menemukan titik api lebih awal. Negara itu kini berencana untuk meningkatkan jumlah drone menjadi 35 sistem dan menambah jumlah operator drone terlatih dari 104 menjadi 139 orang.
"Persenjataan kami mungkin lebih kuat, tetapi tidak ada yang lebih baik - dan itu terlihat dalam praktiknya - tidak ada yang bisa mengalahkan persiapan, dan agar masyarakat juga terlibat dalam pertahanan kolektif terhadap bahaya alam," kata Mitsotakis.