Jumat 12 Jul 2024 18:08 WIB

Perubahan Iklim Mengakibatkan Semua El Nino Menjadi Ekstrem

Menghangatnya suhu permukaan laut menimbulkan berbagai dampak pada iklim dan cuaca.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Penelitian terbaru mengungkapkan El Nino ekstrem mungkin akan menjadi kenormalan yang baru.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penelitian terbaru mengungkapkan El Nino ekstrem mungkin akan menjadi kenormalan yang baru. Selama El Nino tahun ini, pesisir Amerika Latin mengalami hujan deras dan banjir. Sementara sejumlah daerah di negara-negara di Pasifik seperti Indonesia dan Australia mengalami kekeringan.

Laporan PBB mengungkapkan bila gas emisi efek rumah kaca saat ini masih berlanjut maka bumi akan lebih hangat 2,9 derajat Celsius dari masa pra-industri. Tapi model terbaru menunjukkan bila bumi lebih panas dari itu atau sekitar 3,7 derajat Celsius maka 90 persen kemungkinan El Nino terkuat dalam sejarah akan terjadi.

Baca Juga

Lebih kuat dari El Nino tahun 1997 dan 1998. Berdasarkan catatan yang dipublikasikan jurnal Science pada tahun 1999, saat itu El Nino bertanggung jawab atas kematian 23 ribu orang dan kerugian miliaran dolar AS akibat badai, kekeringan, banjir dan wabah penyakit yang menyebar lewat banjir.

"Bila pada akhirnya kita berada di tahap itu di mana setiap El Nino adalah El Nino Pasifik timur ekstrem, ini akan berdampak besar pada ekonomi sosial di wilayah Pasifik," kata ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut di GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research di Jerman, Tobias Bayr, seperti dikutip dari Live Science, Jumat (12/7/2024).

Dampak perubahan iklim pada siklus El Nino dan La Nina menjadi bahan perdebatan. Beberapa model atau simulasi menunjukkan menghangatnya permukaan bumi kemungkinan akan menyebabkan El Nino permanen. Di mana hembusan angin di sekitar ekuator melemah dan perairan di timur Pasifik menghangat.

Menghangatnya suhu permukaan laut menimbulkan berbagai dampak pada iklim dan cuaca. Panas air laut akan naik ke atmosfer, menaikan rata-rata suhu global.

Aliran udara angin di atas Amerika Utara bergerak ke arah selatan, mengeringkan Pasifik Barat Laut dan menyebabkan peningkatan curah hujan di bagian selatan Amerika Serikat. Beberapa dampak yang paling mengerikan terjadi di Belahan Bumi Selatan, dengan curah hujan yang ekstrem di Amerika Selatan dan kekeringan serta kebakaran hutan di seberang Pasifik.

Bayr mengatakan tidak semua model menunjukkan perubahan iklim mengakibatkan El Nino permanen. Ia dan rekannya menggunakan model iklim yang cukup baik dalam mewakili kompleksitas pola cuaca siklus El Nino dan La Nina. Mereka menemukan pemanasan global tidak menyebabkan El Nino permanen tapi lebih kuat dan sering.

El Nino ekstrem akan terjadi....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement