Rabu 18 Dec 2024 14:57 WIB

BNPB: Risiko Bencana Semakin Tinggi

Proyeksi BMKG menunjukkan musim kering akan lebih lama.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Warga melintasi jalan dan rumah yang rusak terdampak  bencana pergerakan tanah di Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Warga melintasi jalan dan rumah yang rusak terdampak bencana pergerakan tanah di Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Udrekh, menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam upaya penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim. Udrekh mengingatkan perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam.

Ia mengungkapkan, proyeksi perubahan iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan musim kering akan lebih lama, sementara musim hujan akan memiliki curah hujan yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat.

Baca Juga

"BMKG menjelaskan bahwa ke depan itu jumlah atau waktu dari musim kering itu akan lebih lama dibandingkan musim hujan, artinya ada potensi kekeringan yang luar biasa, tapi di satu sisi waktu musim hujan akan berlangsung lebih pendek dengan curah hujan yang sama, artinya misalnya curah hujan 6 bulan pada saat ini, itu akan terjadi hanya dalam waktu 2 bulan misalnya, tetapi jumlahnya itu sama," ujarnya di webinar bertajuk "Refleksi Hasil COP29: Mendorong Ketahanan Sistem untuk dan dengan Anak Menghadapi Multi-Ancaman untuk Indonesia Tangguh", Rabu (18/12/2024).

Webinar yang digelar UNICEF Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yang membahas tantangan dan solusi untuk meningkatkan ketahanan sistem di Indonesia. "Kita bisa bayangkan bagaimana pengaruhnya terhadap eskalasi banjir dan longsor di musim hujan, serta potensi kekeringan yang parah di musim kering," katanya.

Ia juga menyoroti bahwa generasi muda saat ini merupakan aset berharga bagi Indonesia. "Piramida kelahiran kita masih menunjukkan bahwa kita memiliki banyak generasi muda, yang jika tidak ditangani dengan baik, akan menghadapi dampak perubahan iklim yang sulit diatasi," kata Udrekh.

Ia mengingatkan bahwa pengalaman selama pandemi Covid-19 menunjukkan betapa sistemik dan kompleksnya dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat. Dalam kesempatan ini, Udrekh berbagi pengalaman menarik saat berada di Singapura, di mana ia melihat seorang anak kecil yang disiplin dalam menjaga kebersihan dengan mengambil remah roti yang jatuh dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ini menunjukkan bahwa generasi muda dapat dibentuk untuk memiliki disiplin dan kesadaran lingkungan yang tinggi," ujarnya.

Udrekh juga menjelaskan tentang program Adaptive Social Protection yang sedang dijalankan oleh BNPB. Program ini bertujuan untuk menggabungkan aspek sosial, adaptasi perubahan iklim, dan pengurangan risiko bencana. "Kami berupaya memanfaatkan sistem penganggaran yang sedang dibangun untuk mendukung anak-anak, pemuda, dan kelompok rentan lainnya," tambahnya.

Ia menekankan pentingnya partisipasi anak-anak dalam penanggulangan bencana. "Anak-anak memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penanggulangan bencana, dan kita perlu memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi secara aktif," ungkapnya.

Udrekh juga menyebutkan bahwa BNPB telah berupaya membuat peraturan yang inklusif dan memperhatikan aspek anak dalam penanggulangan bencana. Dalam konteks Rencana Aksi Asia-Pasifik 2024-2027, Udrekh menekankan perlunya pengembangan metodologi risiko yang inklusif dan memperkuat pemahaman tentang akar kerentanan.

"Kita perlu meningkatkan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana dan memastikan akses terhadap informasi risiko dan peringatan bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas," jelasnya.

Udrekh menutup presentasinya dengan harapan bahwa generasi muda dapat menjadi juara dalam upaya penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim. "Kita harus memberikan fasilitas dan dukungan yang memadai agar mereka dapat berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih baik," tutupnya.

Webinar ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan strategi bagi para pemangku kepentingan dalam meningkatkan ketahanan sistem di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement