Ahad 14 Jul 2024 15:30 WIB

Kecerdasan Artifisial Dianggap Menguras Terlalu Banyak Energi

Pusat data membutuhkan energi setara energi untuk menyalakan 6 juta rumah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Komputer berkekuatan kecerdasan artifisial membutuhkan ribuan peladen yang ditempatkan di pusat data. (ilustrasi)
Foto: Huffingtonpost
Komputer berkekuatan kecerdasan artifisial membutuhkan ribuan peladen yang ditempatkan di pusat data. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komputer berkekuatan kecerdasan artifisial membutuhkan ribuan peladen yang ditempatkan di pusat data. Pusat data ini membutuhkan banyak energi untuk memenuhi kebutuhannya.

Virginia Utara, Amerika Serikat (AS) menjadi pusat industri pusat data yang sedang berkembang. Surat kabar Washington Post melaporkan pusat data di sudut negara bagian tersebut akan membutuhkan energi yang setara dengan energi yang cukup untuk menyalakan 6 juta rumah pada tahun 2030.

Baca Juga

Dalam laporan itu Washington Post itu melaporkan tingginya permintaan listrik di seluruh negeri menyebabkan penghentian operasi pembangkit listrik batu baru ditunda.

"Ada banyak sekali infrastruktur material yang perlu dibangun untuk mendukung AI," kata direktur riset Distributed AI Research Institute Alex Hanna seperti dikutip dari jaringan radio NPR, beberapa waktu lalu.

Ia bekerja di tim Ethical AI Google, tetapi meninggalkan perusahaan itu pada tahun 2022 karena menangani makalah penelitian yang menyoroti biaya lingkungan dari AI. Hanna mengatakan ledakan pusat data akan terus berkembang.

"Selama masih ada organisasi yang berkomitmen untuk menggunakan AI sepenuhnya," katanya.

Goldman Sachs meneliti pertumbuhan pusat data yang diharapkan di AS dan memperkirakan AI akan menggunakan 8 persen dari total daya di AS pada tahun 2030, naik dari 3 persen pada tahun 2022.

Analis perusahaan keuangan itu mengatakan "proliferasi teknologi AI, dan pusat data yang diperlukan untuk mendukungnya" akan mendorong lonjakan permintaan daya "yang belum pernah terjadi dalam satu generasi."

Bloomberg mencatat saat ini terdapat sekitar 7.000 pusat data di seluruh dunia. Naik pesat dari tahun 2015 yang hanya 3.400. Bloomberg memperkirakan konsumsi listrik pusat data-pusat data ini per tahun setara konsumsi listrik yang dibutuhkan Italia per tahun.

Semua perusahaan teknologi besar sedang melakukan pengembangan AI. CEO Alphabet, Sundar Pichai, menjuluki Google sebagai perusahaan "yang mengutamakan AI."

Beberapa bulan terakhir, perusahaan ini merilis chatbot Gemini ke seluruh dunia dan menambahkan alat AI Overview ke Google Search. Perusahaan induk Facebook, Meta menambahkan chatbot ke beberapa produknya.

Bulan lalu Apple mengumumkan kemitraan dengan OpenAI untuk menghadirkan AI ke asisten digital Siri. Selama pendapatan kuartal pertama, semua perusahaan ini mengatakan mereka menginvestasikan miliaran dolar untuk AI.

Google mengatakan mereka menghabiskan 12 miliar dolar AS untuk belanja modal pada kuartal tersebut, yang "sangat didorong" investasi di pusat data untuk mendorong teknologi AI. Perusahaan tersebut mengatakan mereka berharap untuk mempertahankan tingkat pengeluaran yang sama sepanjang tahun.

Hanna mengatakan biaya lingkungan dari kecerdasan buatan akan semakin memburuk kecuali jika ada intervensi yang serius. "Ada banyak orang di luar sana yang berbicara tentang risiko eksistensial di sekitar AI, tentang sesuatu yang jahat yang entah bagaimana bisa mengendalikan senjata nuklir atau apa pun," kata Hanna.

"Itu bukanlah risiko eksistensial yang sebenarnya. Kita sedang mengalami krisis eksistensial saat ini. Ini disebut perubahan iklim, dan AI secara nyata memperburuknya," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement