Senin 29 Jul 2024 16:42 WIB

Dua Daerah di Aceh Terancam Kekeringan dan Krisis Air Bersih

Aceh diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering.

Sejumlah  umat Islam bersiap melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat minta hujan di Stadion Black Star, Desa Masjid Lhamlhom, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (18/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Sejumlah umat Islam bersiap melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat minta hujan di Stadion Black Star, Desa Masjid Lhamlhom, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (18/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan dua daerah di Aceh, yakni Lhoknga Kabupaten Aceh Besar, dan Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang menjadi wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan dan air bersih.

"Secara karakteristik wilayah, kedua daerah tersebut memiliki topografi yang mirip yakni berada di area karst atau batuan kapur berpori," kata Plt Kepala Pelaksana BPBA Fadmi Ridwan, di Banda Aceh, Senin.

Baca Juga

Ridwan mengatakan, sementara ini baru di wilayah Lhoknga, Aceh Besar yang mengalami kekeringan. Sedangkan Kuala Simpang, Aceh Tamiang belum mengalami kekeringan.

Meskipun begitu, BPBD setempat telah bersiaga apabila terjadi kekeringan dan krisis air nantinya .

"Saat ini yang sudah kejadian di Lhoknga sedangkan di sana (Kuala Simpang) belum, tetapi sudah bersiaga. Di sana sudah kita siagakan dua mobil tangki," ujarnya.

Dirinya menyampaikan beberapa waktu lalu Gubernur Aceh juga telah memperingatkan melalui suratnya bahwa wilayah Aceh diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya pada awal Juni dan mencapai puncaknya pada Agustus 2024.

Berkenaan hal tersebut, Gubernur Aceh meminta BPBA meningkatkan kesiapsiagaan untuk melakukan Aktifasi Pos Komando (Posko) siaga kekeringan yang terintegrasi dengan unsur TNI/Polri dan pemegang konsensi usaha perkebunan pada wilayah masing- masing.

"Kemudian melakukan apel siaga kekeringan dan gelar peralatan pendukung penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meningkatkan upaya pencegahan dan pemantauan titik api pada daerah rawan karhutla hingga ke pelosok gampong (desa) dengan cara memberdayakan Relawan Pemadam Kebakaran (Redka) gampong," katanya.

Dalam kesempatan ini, Ridwan juga meminta Forkopimda di kabupaten/kota agar turut membantu menghadapi bencana kekeringan pada musim kemarau. "Kalau BPBD Aceh menangani secara parsial tidak kuat, Forkopimda daerah harus berkolaborasi dengan BPBD di kabupaten/kota," harapnya.

Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh telah memperingatkan sejumlah wilayah di Aceh berpotensi mengalami kekeringan akibat curah hujan yang rendah pada musim kemarau. Kondisi ini diperkirakan terjadi hingga September mendatang.

Untuk bulan Juli ini, wilayah Aceh yang diprakirakan mengalami curah hujan rendah (0-50 mm) meliputi Banda Aceh, sebagian besar Aceh Besar, sebagian kecil Pidie, sebagian kecil Bener Meriah dan sebagian kecil Aceh Utara.

Wilayah Aceh lainnya diprakirakan mengalami curah hujan menengah (51-100 mm), kecuali sebagian wilayah Aceh Selatan dan sebagian kecil wilayah Nagan Raya yang diprakirakan mengalami curah hujan tinggi.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement