Selasa 30 Jul 2024 10:04 WIB

Meski El Nino Berakhir, Sumatra dan Jawa Masih Berpotensi Tinggi Dilanda Karhutla

Upaya pencegahan karhutla harus terus diperkuat.

Personel Manggala Agni Daops Banyuasin melakukan simulasi pemadaman saat apel dan simulasi penanggulangan karhutla di Sumatera Selatan di Griya Agung Palembang, Sabtu (20/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Personel Manggala Agni Daops Banyuasin melakukan simulasi pemadaman saat apel dan simulasi penanggulangan karhutla di Sumatera Selatan di Griya Agung Palembang, Sabtu (20/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak mewaspadai potensi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Sumatra, Jawa, dan sebagian Kalimantan meski El Nino telah berakhir. Menurut BNPB, potensi karhutla di wilayah-wilayah tersebut masih tinggi hingga dasarian I bulan Agustus 2024.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pemerintah daerah melalui satuan tugas gabungan yang sudah dibentuk diperintahkan untuk terus memaksimalkan upaya penanggulangan pada lahan yang terbakar agar jangan sampai terus meluas.

Di sisi lain, BNPB juga mendorong satuan tugas di daerah untuk tidak mengendorkan upaya pencegahan dengan terus mengawasi hutan dan lahan yang sudah atau rawan terbakar, baik dari udara maupun darat. Hal itu harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah sebagaimana arahan dari Kepala BNPB untuk memastikan lahan dalam keadaan basah sehingga dampak perluasan karhutla bisa diminimalisasi.

Berdasarkan hasil pantauan satelit tim BNPB secara umum di wilayah Indonesia bagian barat selama periode tersebut belum didapati sebaran awan penghujan yang memungkinkan kerawanan lahan terbakar masih tinggi.

"Meskipun memang diumumkan El Nino sudah tidak ada, Agustus diramalkan sudah masuk periode La Nina yang kita harapkan akan ada hujan yang cukup berarti untuk membasahi lahan. Namun saat ini Jawa, Sumatra dan sebagian Kalimantan masih sangat terbuka tidak ada awan hujan, tidak ada fenomena atmosfer MJO," kata Abdul, Senin (29/7/2024).

Abdul mengungkapkan, kondisi tersebut sejalan dengan data dari pusat pengendalian operasi setiap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Terhitung sejak dasarian II Juli 2024, mayoritas lahan mineral, gambut dan hutan perbukitan di Sumatra, Jawa dan sebagian Kalimantan (Kalimantan Barat, Tengah, Utara, Selatan) dalam keadaan kering yang berpotensi memicu terjadi perluasan wilayah sasaran karhutla.

"Ada faktor kelalaian manusia dalam hal ini. Misal kami menerima laporan warga menghidupkan api unggun dan tidak terkendali memicu kebakaran di perbukitan Pager Watu Malang Jawa Timur," ujarnya.

Data inventaris BNPB mencatat pada 22-28 Juli 2024 ada sebanyak 24 kasus karhutla meliputi Kabupaten Merangin (2,5 hektare), Sarolangun (22 hektare), Banyuasin (4,1 hektare), Musi Rawas (6,1 hektare) Ogan Ilir (4,3 hektare).

Selanjutnya, Kabupaten Belitung Timur (1,89 hektare), Aceh Selatan (8 hektare), Aceh Besar (3,7 hektare), Gayo Lues (8 hektare), Aceh Jaya (3,7 hektare), Nagan Raya (12 hektare), Bener Meriah (10 hektare).

Kemudian Kabupaten Karo (20 hektare), Toba (7 hektare), Padang Sidempuan (5 hektare), Lima Puluh Kota (2 hektare), Kampar (1 hektare). Kalimantan (33 hektare), Kabupaten Cirebon (8 hektare), Pati (5 hektare), Tegal (1 hektare), dan Malang (20 hektare).

"Pemerintah daerah sudah menerapkan status siaga karhutla sehingga memungkinkan BNPB memberikan bantuan melekat yang hasilnya sebagian besar kejadian karhutla itu berhasil diatasi," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement