Jumat 09 Aug 2024 07:52 WIB

Bulan Lalu Jadi Juli Terpanas dalam Sejarah

Suhu pada Juli 1,48 derajat Celsius lebih panas di atas masa pra-industri.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Suhu panas bumi (ilustrasi). Juli 2024 menjadi bulan Juli terpanas sepanjang sejarah.
Foto: www.freepik.com
Suhu panas bumi (ilustrasi). Juli 2024 menjadi bulan Juli terpanas sepanjang sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Badan pemantau iklim Uni Eropa, Copernicus, mengumumkan bulan lalu merupakan Juli terpanas yang pernah tercatat. Setiap bulan dari 13 bulan terakhir menjadi bulan terpanas.

Dalam laporan bulanannya, Copernicus mengatakan suhu pada Juli 1,48 derajat Celsius lebih panas di atas masa pra-industri. Sementara 12 bulan sebelumnya 1,64 derajat Celsius dari rata-rata masa pra-industri.

Pada Juli juga memiliki dua hari terpanas yang pernah tercatat. Copernicus mengatakan tingginya suhu disebabkan emisi gas rumah kaca yang dipicu industri bahan bakar fosil. Selain itu, fenomena iklim El Nino menaikkan suhu permukaan air laut.

"El Nino ini sudah berakhir tapi melihat tingginya kenaikan suhu global, gambaran besarnya cukup sama dengan tahun lalu," kata peneliti iklim Copernicus Julien Nicolas, Kamis (8/8/2024).

"Gelombang panas menyebabkan kita belum selesai dengan suhu-suhu tembus rekor, kami tahu dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi panas jangka panjang ini berkaitan dengan dampak manusia pada iklim," tambahnya.

Suhu di atas rata-rata tercatat di Eropa bagian selatan dan timur, Amerika Serikat bagian barat, Kanada bagian barat, sebagian besar Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Antartika bagian timur. Suhu mendekati atau di bawah rata-rata terlihat di Eropa barat laut, Antartika barat, sebagian Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Australia.

Bulan Juli di Eropa utara dan tenggara Turki juga lebih basah dibandingkan rata-rata. Sementara peringatan kekeringan masih bertahan di selatan dan timur Eropa.

Es laut Artik ahun 2023 juga turun 7 persen dibandingkan 2022, meski tidak seburuk penurunan tahun 2020 yang mencapai 14 persen. Es laut Antartika berada di titik terendah keduanya pada bulan Juli lalu turun 11 persen dibandingkan rata-rata. Meski tidak seburuk Juli tahun lalu yang lebih rendah 15 persen dari rata-rata.

Suhu permukaan laut seluruh dunia pada Juli tahun ini hampir tembus rekor hanya 0,1 persen di bawah Juli tahun lalu. Mengakhiri rekor baru beruntun selama 15 bulan berturut-turut.

"Apa yang kami lihat cukup mengejutkan dalam hal seberapa hangatnya suhu laut. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang terjadi pada lautan di luar pola iklim alami seperti El Nino atau La Nina. Apakah ada pergeseran arus laut?" kata Nicolas. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement