Ahad 11 Aug 2024 13:34 WIB

Pesawat Baru Disebut Lebih Berdampak ke Perubahan Iklim Dibandingkan Pesawat Lama

Pesawat Airbus 350 dan Boeing 787 disebut punya lebih banyak jejak kondensasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Pesawat (ilustrasi). Penelitian terbaru menemukan pesawat komersial modern yang terbang di ketinggian tinggi berdampak lebih besar pada pemanasan bumi dibandingkan pesawat lama.
Foto: www.freepik.com
Pesawat (ilustrasi). Penelitian terbaru menemukan pesawat komersial modern yang terbang di ketinggian tinggi berdampak lebih besar pada pemanasan bumi dibandingkan pesawat lama.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian terbaru menemukan pesawat komersial modern yang terbang di ketinggian tinggi berdampak lebih besar pada pemanasan bumi dibandingkan pesawat lama. Penelitian Imperial College London ini mengungkapkan, walaupun pesawat modern lebih rendah karbon tapi jejak kondensasinya lebih banyak berkontribusi pada perubahan iklim. Penelitian ini menyoroti tantangan yang dihadapi industri penerbangan dalam mengurangi dampak pada perubahan iklim.

Penelitian ini juga menemukan pesawat pribadi memproduksi lebih banyak jejak kondensasi dibandingkan dugaan sebelumnya. Artinya dampaknya pada perubahan iklim juga besar.

Baca Juga

Jejak kondensasi atau contrails merupakan uap asap putih yang dikeluarkan pesawat. Uap ini berkontribusi dalam pemanasan global dengan memerangkap panas di atmosfer.

Walaupun dampak pasti jejak kondensasi masih belum pasti, ilmuwan yakin dampaknya pada pemanasan lebih besar dibanding karbon emisi dari bahan bakar pesawat. Penelitian yang dipublikasikan Environmental Research Letters ini menggunakan teknologi machine learning untuk menganalisa data satelit lebih dari 64 ribu jejak kondensasi dari pesawat yang terbang di atas Samudera Atlantik Utara.

Penelitian menemukan pesawat yang terbang dengan ketinggian di atas 38 ribu kaki atau 12 kilometer seperti Airbus A350 dan Boeing 787 Airliners menghasilkan lebih banyak jejak kondensasi dibandingkan pesawat penumpang komersial yang lebih tua. Untuk mengurangi konsumsi bahan bakar, pesawat modern dirancang terbang di ketinggian tinggi di mana udara lebih tipis dengan tarikan aerodinamika yang lebih rendah. Sementara pesawat komersial lama biasanya terbang di ketinggian yang lebih rendah sekitar 35 ribu kaki atau 11 kilometer.

Pesawat yang terbang lebih tinggi menghasilkan emisi karbon lebih rendah per penumpang. Namun artinya menghasilkan jejak kondensasi yang lebih panjang, sehingga dampak pesawat pada perubahan iklim juga lebih panjang dan memperumit penurunan karbon di industri penerbangan.

"Sudah menjadi pengetahuan umum penerbangan tidak baik untuk iklim, namun sebagian orang tidak mengapresiasi jejak kondensasi dan emisi karbon bahan bakar pesawat yang menyebabkan pemanasan berlipat ganda," kata penulis utama penelitian ini dan penelitian perubahan iklim dan lingkungan Royal Society Research di Grantham Institute, Edward Gryspeerdt, seperti dikutip dari Science Daily, Ahad (11/8/2024).

Gryspeerdt mengatakan penelitian ini memberi perubahan besar pada industri penerbangan. Ia mengatakan pesawat yang lebih baru terbang lebih tinggi untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan menurunkan karbon.

Namun, konsekuensi yang tidak diharapkan menyebabkan pesawat yang terbang di Atlantik Utara menghasilkan lebih banyak jejak kondensasi. Menambah panas yang terperangkap di atmosfer dan meningkatkan dampak penerbangan pada perubahan iklim.

"Ini tidak berarti bahwa pesawat yang lebih efisien adalah hal yang buruk, jauh dari itu, karena emisi karbonnya lebih rendah per penumpang. Namun, temuan kami mencerminkan tantangan yang dihadapi industri penerbangan dalam mengurangi dampak iklim," katanya.

Penelitian mengonfirmasi langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk memperpendek jejak kondensasi. Yaitu dengan mengurangi jumlah jelaga yang dikeluarkan dari mesin pesawat, yang dihasilkan ketika bahan bakar terbakar secara tidak efisien.

Mesin pesawat modern dirancang agar lebih bersih, biasanya mengeluarkan lebih sedikit partikel jelaga, yang mengurangi masa pakai jejak kondensasi. Meskipun penelitian lain yang menggunakan model-model sudah memprediksi temuan ini. Tapi penelitian terbaru yang mengkonfirmasi pesawat modern dapat berkontribusi lebih banyak pada perubahan iklim dibandingkan pesawat lama lewat pengamatan langsung.

"Dari penelitian lain, kami tahu jumlah partikel jelaga dalam knalpot pesawat memainkan peran penting dalam sifat-sifat jejak kondensasi yang baru terbentuk, kami menduga hal ini juga mempengaruhi berapa lama jejak kondensasi dapat bertahan," kata salah penulis penelitian ini Marc Stettler.

Peneliti bidang Transportasi dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Imperial College London itu mengatakan penelitian terbaru memberi bukti pertama emisi partikel jelaga yang lebih sedikit menghasilkan jejak kondensasi yang lebih cepat hilang dibandingkan emisi partikel jelaga yang lebih banyak dari mesin yang lebih tua dan kotor. Penelitian ini juga menemukan pesawat pribadi yang biasanya lebih kecil dan menggunakan lebih sedikit bahan bakar menghasilkan jejak kondensasi yang lebih panjang dibandingkan dugaan sebelumnya. Pesawat pribadi terbang lebih tinggi dari pesawat lainnya.

Pesawat pribadi terbang di ketinggian 40 ribu kaki di mana lalu lintas udara lebih rendah. Namun pesawat pesawat modern komersial menghasilkan jejak kondensasi lebih panjang dibanding pesawat lebih lama.

"Walaupun ukurannya lebih kecil, pesawat pribadi menghasilkan jejak kondensasi sesering pesawat yang jauh lebih besar, kami sudah tahu pesawat-pesawat ini menghasilkan karbon emisi per penumpang yang jauh lebih besar agar orang-orang super kaya dapat terbang dengan nyaman," kata Gryspeerdt.

"Temuan kami menambah kekhawatiran tentang dampak iklim yang disebabkan pesawat pribadi karena negara-negara miskin terus dihantam peristiwa cuaca ekstrem," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement