Ahad 11 Aug 2024 15:17 WIB

Riset: Polusi Udara Pengaruhi Suasana Hati

Penelitian ini berdasarkan pengambilan sampel berulang terhadap 150 orang.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: A.Syalaby Ichsan
Suasana Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air QualityA Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo.
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Suasana Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air QualityA Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal PLoS One mengungkap polusi udara dapat mempengaruhi suasana hati.

Laman berita asal Inggris The Independent melaporkan penelitian yang dipimpin peneliti Stanford University tersebut, menemukan bahwa menghirup polusi udara dapat mempengaruhi perubahan suasana hati. Dalam jangka, polusi bahkan dapat meningkatkan risiko kesehatan mental.

Baca Juga

Pada Jumat (9/8/2024), The Independent melaporkan penelitian tersebut yang menemukan fluktuasi suasana hati seseorang dalam satu hari sesuai dengan perubahan udara yang ia hirup. Para peneliti menyebutnya "sensitivitas afeksi pada polusi udara."

Penelitian ini berdasarkan pengambilan sampel berulang terhadap 150 orang selama lebih dari satu tahun. Para ilmuwan mengatakan, penelitian ini menjelaskan lebih lanjut penelitian sebelumnya yang menghubungkan kecemasan dan depresi dengan paparan polusi udara jangka panjang.

Penelitian berharap temuan mereka meningkatkan perhatian dampak krisis iklim pada kesehatan dan kesejahteraan manusia."Ini konstruksi baru ini dapat dimanfaatkan untuk mengintegrasikan pengaruh dan kesehatan mental dengan lebih baik dalam kebijakan, rencana, dan program adaptasi iklim,” kata penelitian yang yang diterbitkan jurnal PLoS One, Rabu (7/8/2024) lalu.

 

Tingkatkan kecemasan..

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement