Rabu 21 Aug 2024 12:38 WIB

BRGM Ajak Masyarakat Pulihkan Lahan Gambut

Dalam kurun waktu 2019-2023 terjadi penurunan karhutla sebesar 47 persen.

Foto udara truk melintas di areal lahan tanah gambut di kawasan Jalan Nasional Kalimantan Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (9/8/2022).
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Foto udara truk melintas di areal lahan tanah gambut di kawasan Jalan Nasional Kalimantan Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (9/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA — Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menjadikan partisipasi masyarakat sebagai program utama dalam upaya pemulihan ekosistem gambut yang dilakukan secara berkelanjutan.

"Untuk itu BRGM terus melakukan sosialisasi dan edukasi melalui Sekolah Lapang Peduli Gambut, pelatihan pembukaan lahan tanpa bakar, dan Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove yang dilakukan di tingkat pelajar," kata Kepala Kelompok Kerja Restorasi Gambut Wilayah Kalimantan dan Papua Jany Tri Raharjo di Palangka Raya, Rabu (21/8/2024).

Agar berjalan optimal serta berkelanjutan, pelaksanaan restorasi gambut juga melibatkan peran dari berbagai pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan pemerintah daerah (pemda). "BRGM bersama stakeholders selalu melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan, agar infrastruktur dapat dioperasionalkan oleh masyarakat, pada saat operasi pembasahan maupun terjadinya kebakaran,” ucap Jany.

Kegiatan restorasi gambut dilakukan di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) sasaran tahun 2021-2024 di 16 KHG prioritas di Kalimantan Tengah (Kalteng). Terhitung dari tahun 2017-2023 BRGM telah berhasil merestorasi gambut di Kalteng seluas 547.883 hektare. BRGM menggunakan strategi 3R yaitu Rewetting atau Pembasahan, Revegetasi atau penanaman kembali seluas 830 hektare, dan Revitalisasi mata pencaharian masyarakat sebanyak 321 paket.

Di Kalteng, sejak tahun 2017 BRGM berupaya memulihkan ekosistem gambut melalui kegiatan pembasahan dalam  pembangunan Infrastruktur Restorasi Gambut (IRG) yang meliputi sumur bor, sekat kanal, dan kanal timbun. BRGM telah membangun 10.664 sumur bor untuk menjadi sumber air guna memadamkan api apabila terjadi kebakaran. Selain itu 3.187 sekat kanal dan serta 115 unit timbun kanal telah dibangun.

"Kedua IRG ini berfungsi menahan laju pengeringan lahan gambut, sehingga ketika musim kemarau tingkat kebasahan lahan gambut terjaga dan terhindar dari kebakaran," katanya.

Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng Frans Jayanto mengatakan dalam pengendalian bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak.

"Mulai dari dari OPD lingkup pemprov, instansi vertikal, Korem 102 Pjg, Polda Kalteng, Manggala Agni, relawan penggiat kebencanaan, hingga masyarakat tingkat tapak," katanya.

IRG seperti sekat kanal dinilainya ampuh dalam menjaga lahan gambut tetap basah, termasuk dalam upaya mitigasi struktural.

Ia mengatakan dalam kurun waktu 2019-2023 terjadi penurunan karhutla sebesar 47 persen. Saat ini tingkat pencemaran udara dan kebasahan di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau masih berwarna hijau kategori baik.

Frans mengatakan edukasi dan sosialisasi masyarakat tingkat tapak masih perlu ditingkatkan. Ia bercerita bahwa seringkali oknum masyarakat pendatang, melakukan aktivitas di sepanjang sungai yang rawan terjadi kebakaran, namun kurang bijaknya penggunaan api, yaitu puntung rokok tidak dimatikan sehingga bisa menimbulkan kebakaran.

Desa Tumbang Nusa, merupakan salah satu desa prioritas restorasi BRGM yang terletak di Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.

Desa ini termasuk salah satu wilayah yang rawan mengalami kebakaran. Di desa ini telah dibangun IRG berupa 270 sumur bor dan tiga sekat kanal, serta lima paket revitalisasi mata pencaharian masyarakat.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement