Kamis 22 Aug 2024 13:30 WIB

Bappenas: Tenaga Kerja 'Hijau' akan Semakin Banyak Dibutuhkan

Kebutuhan terhadap tenaga kerja di sektor hijau akan meningkat berkali lipat.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Petugas memeriksa panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Petugas memeriksa panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara dunia, termasuk Indonesia, sedang menggencarkan program transisi energi untuk mengatasi pemanasan global. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), hal ini akan membuka potensi pekerjaan hijau yang lebih besar.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas dan Ketua Pelaksana SDGs Indonesia Vivi Sulaswati mengatakan, dunia saat ini mengalami tiga krisis pembangunan, yaitu perubahan iklim, degradasi lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati. Jika tidak ada langkah yang dilakukan, maka bumi menjadi tidak layak dihuni.

Vivi mengatakan Organisasi Buruh Internasional PBB (ILO) sudah memproyeksikan hilangnya jam kerja akibat panas berlebihan. Dari 17 negara G20, Indonesia berada di peringkat dua negara yang akan mengalami penurunan produktivitas setelah India.

"Yang jelas kalau Indonesia juga rentan terhadap bencana, kami sudah menghitung 23 juta masa kerja karena bencana alam," kata dia dalam kegiatan Lestari Award 2024, Rabu (21/8/2024).

Langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi pemanasan global adalah transisi energi dari sumber daya bahan bakar fosil menjadi energi bersih. Vivi mengatakan hal ini membuka potensi pekerjaan hijau yang lebih besar. "Untuk global pada tahun 2021 ada sekitar 12,7 juta pekerjaan, sekarang 74 juta pekerjaan," kata Vivi.

Vivi mengatakan sudah sekitar 40 persen perusahaan di Indonesia sudah mengadopsi strategi terhadap isu-isu energi ramah lingkungan. Sekitar 58 persen perusahaan memiliki staf atau tim untuk energi hijau.

Peningkatkan pekerjaan terkait transisi energi di Indonesia akan terjadi sejalan dengan berkembangnya energi terbarukan, didominasi biomassa dan teknologi surya.

"Ke depan lapangan pekerjaan, pekerjaan hijau akan tumbuh, kurang lebih 7 sampai 10 kali lipat," kata Vivi.

Hal ini disebabkan kegiatan energi baru dan terbarukan, efisiensi energi daur ulang, nature based-solution dan kegiatan lainnya yang bersifat pada karya dibandingkan investasi energi bahan bakar fosil. Vivi menjelaskan pekerjaan hijau adalah pekerjaan yang menghasilkan produk atau layanan dan menerapkan proses-proses yang berkontribusi pada pelestarian dan pemulihan lingkungan.

Menurut ILO, pekerjaan hijau memiliki kriteria seperti meningkatkan efisiensi konsumsi energi, membatasi gas rumah kaca, mengurangi sampah dan limbah, melindungi dan merestorasi ekosistem dan mendukung adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

Ada banyak peluang dalam menciptakan lapangan pekerjaan hijau. Peluang yang dapat tercipta, antara lain, berkontribusi dalam pelestarian lingkungan, mendukung pengentasan kemiskinan, mendorong perekonomian berkelanjutan, memberikan model pekerjaan yang lebih baik dan bentuk pekerjaan yang mudah diakses semua kalangan dan latar belakang pendidikan.

Sementara saat ini masih banyak tantangan untuk menciptakan lapangan pekerjaan hijau. Tantangan itu seperti kurangnya pemahaman mengenai konsep pekerjaan hijau, membutuhkan keterampilan khusus, membutuhkan investasi besar, kurangnya insentif dan regulasi untuk mendorong lapangan kerja hijau. "Intinya kami terus berkomunikasi, meningkatkan kesadaran dan membangun ekosistem," kata Vivi.

Pada tahun 2022, Indonesia sudah menerbitkan Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Peta ini merupakan dokumen yang disusun untuk memetakan jenis-jenis okupasi yang ada di berbagai bidang maupun fungsi di semua jenis pekerjaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement