Kamis 29 Aug 2024 10:35 WIB

Ilmuwan Teliti Titik Kritis Pencairan Es Antartika

Antartika berubah lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Salju berwarna hijau menyelimuti es di Antartika dampak dari perubahan iklim
Foto: Cnet
Salju berwarna hijau menyelimuti es di Antartika dampak dari perubahan iklim

REPUBLIKA.CO.ID, PUCON -- Hampir 1.500 akademisi, peneliti, dan ilmuwan yang fokus mempelajari Antartika berkumpul di Chile untuk konferensi Komite Penelitian Saintifik Antartika ke-11 pekan ini. Mereka berbagi penelitian terbaru di benua putih itu.

Hampir setiap aspek ilmu pengetahuan mulai dari geologi sampai biologi, mulai dari glasiologi sampai seni dibahas dalam konferensi ini. Tapi ada satu hal yang pasti, Antartika berubah lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.

Peristiwa cuaca ekstrem di Antartika bukan lagi presentasi hipotesis. Tapi hujan deras, gelombang panas intensif dan angin kering yang datang tiba-tiba dialami langsung para peneliti di pos-pos penelitian mereka.

Peristiwa-peristiwa itu mencairkan lapisan es dalam jumlah besar, memecahkan gletser-gletser besar dan memicu kondisi cuaca berbahaya yang berdampak ke seluruh dunia.

Dengan data dari pos cuaca dan satelit selama 40 tahun terakhir, para ilmuwan bertanya-tanya apakah peristiwa-peristiwa itu menunjukkan bahwa Antartika sudah mencapai titik kritisnya atau pencairan es dalam skala besar terjadi begitu cepat dan tidak bisa dipulihkan kembali.

"Terdapat ketidakpastian mengenai apakah observasi saat ini mengindikasi penurunan (es) sementara atau penurunan tajam," kata pakar paleoklimatologi dari Victoria University of Wellington, Selandia Baru, Liz Keller, Rabu (28/8/2024).

Keller memimpin sesi mengenai prediksi dan deteksi titik kritis Antartika. Berdasarkan estimasi Badan Antariksa AS (NASA), lapisan es Antartika cukup menaikan permukaan laut di seluruh dunia hingga 58 meter.

Penelitian menunjukkan sepertiga populasi dunia tinggal di dataran 100 meter di bawah permukaan laut. Keller mengatakan walaupun sulit untuk menentukan apakah saat ini sudah mencapai titik kritis yang sudah tidak bisa pulih kembali, tapi sudah jelas tingkat perubahan saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya. "Anda mungkin melihat kenaikan C02 dalam ribuan tahun dan kini terjadi dalam 100 tahun," katanya.

Pakar paleoseanografi dari University of Bonn, Jerman, Mike Weber mengatakan catatan sedimen 21 ribu tahun yang lalu menunjukkan percepatan pencairan es yang sama dengan yang saat ini terjadi. Weber merupakan pakar di bidang stabilitas lapisan es Antartika.

Weber mengatakan sudah delapan kali lapisan es Antarika mengalami percepatan pencairan es yang serupa. Percepatan pencairan dimulai beberapa dekade sebelum fase pencairan es terjadi selama beberapa abad, menaikkan permukaan air laut di seluruh dunia.

Weber mengatakan beberapa dekade terakhir pencairan meningkat. Kini yang menjadi pertanyaannya adalah apakah fase pencairan yang berlangsung berabad-abad sudah terjadi.

"Mungkin kita sudah memasuki fase itu sekarang, jika benar, setidaknya untuk saat ini, tidak akan ada yang bisa menghentikannya,” kata Weber. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement