Kamis 05 Sep 2024 09:30 WIB

Negara-Negara Eropa Kembangkan Teknologi Hemat Air

Tahun lalu Eropa mengalami kekeringan terburuk dalam 500 tahun.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Pemandangan waduk Sau di utara Barcelona. Spanyol, pada 20 Maret 2023.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Pemandangan waduk Sau di utara Barcelona. Spanyol, pada 20 Maret 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pemerintah sembilan negara selatan Uni Eropa berjanji bekerja sama untuk mengembangkan teknologi menyerap air untuk pertanian.  Hal ini disampaikan saat kekeringan yang semakin memburuk membebani dan mengancam ketahanan pangan.

Janji ini disampaikan dalam pertemuan Prancis, Yunani, Italia, Krosia, Portugal, Malta, Spanyol dan Slovenia di Siprus yang dinamakan MED9 untuk mengatasi masalah kelangkaan air. Permasalahan kelangkaan air disebabkan perubahan iklim, terutama di wilayah Mediterania yang lebih terdampak perubahan iklim dibandingkan 27 negara anggota Uni Eropa lainnya.

Baca Juga

Para pejabat juga berjanji untuk berbagi data teknis dan praktis serta meluncurkan program penelitian gabungan agar penggunaan air seefisien mungkin. "Perubahan iklim ancaman nyata pada produksi pangan di seluruh dunia dan resiko ini semakin buruk di wilayah Mediterania, kami harus mengatasi perubahan iklim dan di saat bersamaan mendorong kondisi kerja petani kita beradaptasi dengan situasi iklim," kata Menteri Pertanian Luis Planas, Rabu (4/9/2024).

Menteri Pertanian Siprus Maria Panayiotou memperingatkan, tahun lalu Eropa mengalami kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Ia menyinggung sistem irigasi "pintar" lokal dan teknologi tenaga surya yang membantu melindungi panen, menghasilkan listrik dan menghemat air hingga 30 persen.

Menteri Pertanian Portugal Jose Manuel Fernandes mendesak Uni Eropa menggelontorkan lebih banyak dana untuk membantu membiayai teknologi hemat air dan menciptakan insentif baru untuk menarik generasi muda guna merevitalisasi populasi petani yang semakin menua.

Menteri Pertanian Prancis Marc Fesneau menyoroti teknik-teknik terbaru yang membantu menciptakan tanaman baru, yang mampu tumbuh subur dalam kondisi iklim yang lebih keras. Sementara, Fernandes mengatakan apa yang disebut sebagai penelitian genomik sama sekali berbeda dengan tanaman hasil rekayasa genetika yang telah memicu kontroversi di dalam Uni Eropa di masa lalu.

Para pejabat MED9 juga mendesak Uni Eropa untuk membuat pendekatan bersama untuk konservasi air dengan mempertimbangkan kebutuhan regional. "Karena krisis iklim akan berdampak besar pada ketahanan pangan global, adaptasi perubahan iklim harus ditempatkan di jantung kebijakan bersama kita," kata Menteri Pertanian Slovenia Mateja Čalušić.

MED9 merupakan bagian dari wilayah Mediterania dan memiliki kepentingan bersama karena letak geografis dan warisan budaya mereka. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement