Kamis 05 Sep 2024 14:00 WIB

Jokowi: Hutan Bakau RI Berperan Penting dalam Penyerapan Emisi Karbon

Jokowi meminta dunia tak meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai NZE.

Nelayan melintas di Kawasan Hutan Mangrove Lantebung, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (11/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Hasrul Said
Nelayan melintas di Kawasan Hutan Mangrove Lantebung, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (11/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan hutan mangrove atau bakau di Indonesia seluas 3,3 juta hektare mampu menyerap karbon lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis.

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat berbicara mengenai potensi yang dimiliki Indonesia dalam menyelesaikan masalah perubahan iklim global di acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Baca Juga

“Indonesia memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon. Hutan mangrove kami, hutan mangrove Indonesia itu terbesar di dunia, seluas 3,3 juta hektare yang mampu menyerap karbon 8 hingga 12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, banyak orang yang tidak mengetahui potensi bakau yang dimiliki oleh Indonesia tersebut dalam merespons dampak perubahan iklim. Jokowi pun meminta dunia tidak meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission dan berkontribusi bagi dunia yang lebih jauh.

Kepala Negara menyampaikan Indonesia juga memiliki potensi energi hijau yang melimpah mencapai lebih dari 3.600 gigawatt.

“Kami juga memiliki PLTS, PLTS apung, Pembangkit Listrik Tenaga Surya Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak, terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia,” ujar Jokowi.

Namun, dia mengatakan semua potensi yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal jika diperkuat dengan riset dan investasi atau pendanaan dari negara maju.

ISF 2024 mengangkat tema "Towards Sustainable and Inclusive Growth". Forum yang dihadiri lebih dari 8.000 peserta untuk menyoroti lima pilar pembahasan, yaitu ekonomi hijau, transisi energi, konservasi alam dan keanekaragaman hayati, gaya hidup berkelanjutan, dan ekonomi kelautan.

Agenda ISF 2024 yang berlangsung selama dua hari akan diisi sejumlah agenda mulai dari sesi utama dengan menghadirkan para pembicara kunci, pleno, tematik, high level dialogue, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), pameran, hingga gala dinner.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement