Sabtu 14 Sep 2024 18:54 WIB

Kolaborasi Pertamina EP Limau Field dan Warga, Maksimalkan Potensi Jeruk di Desa Air Talas

Jeruk menjadi komoditas unggulan di sana.

Khairil Anam, warga desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru,  Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sedang memetik jeruk di kebun Jeruk di daerahnya.
Foto: Frederikus Bata/Republika
Khairil Anam, warga desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sedang memetik jeruk di kebun Jeruk di daerahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, MUARA ENIM -- Masyarakat Desa Air Talas di Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sebagian besar adalah petani buah. Jeruk menjadi komoditas unggulan di sana.

Desa Air Talas berada di dekat wilayah kerja Pertamina EP Limau Field. Dalam perjalanan, ada kolaborasi dengan PEP memaksimalkan apa yang menjadi kelebihan daerah itu. Sekitar 350 KK di sana, menanam jeruk.

Baca Juga

PEP Limau Field membantu merealisasikan berbagai program dengan membaca potensi Desa Air Talas. Ini sejalan dengan core business perusahaan. "Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa tumbuh bersama masyarakat, dan saling support," kata Senior Manager PEP Limau Field A Rachman Para Buana.

Bagaimana implementasi dari kolaborasi ini? Di Desa Air Talas, terbentuk beberapa kelompok masyarakat. Pada 2022 berdiri komunitas BUDE ARTA. Kelompok ini mengelola buah jeruk menjadi produk makanan seperti pie susu, sirup jeruk, selai jeruk, stik, dan sebagainya.

PEP melakukan pendampingan lewat pelatihan kapasitas SDM, pelatihan dasar administrasi. Kemudian pelatihan pembuatan produk makanan. Selanjutnya pada 2023, terbentuk komunitas Tunas Hijau. Kelompok ini berisikan bapak-bapak petani jeruk. Mereka menciptakan produk tricoderma (pupuk organik yang zero waste).

PEP melakukan pendampingan lewat berbagai pelatihan, pengenalan agen unsur hayati, dan sebagainya. Kelompok ini juga membuat Satgas untuk memantau hama yang menyerang pohon jeruk. Teranyar, dibentuk lagi satu komunitas bernama Amerta. Kelompok ini mengolah limbah kulit jeruk menjadi bioplastic, dan ada yang dijadikan produk makanan lainnya, yakni sabun dari jeruk.

"Jadi kulit jeruk ini banyak limbah, sampahnya. Jadi karena ada penyuluhan dari Pertamina, dibentuklah kelompok ini. Baru sekitar tiga bulanan," kata Yunita, salah satu warga Desa Air Talas yang tergabung dalam Amerta.

Ia mengakui ada tambahan penghasilan dari penjualan sabun, meski belum stabil. Penghasilannya sekitar Rp 500 ribu per bulan. Jumlah demikian dibagi ke anggota ke kelompok.

Senior Manager PT Pertamina EP Limau Field bersama Tim CSR menyatakan Bioplastik kulit jeruk merupakan salah satu upaya dalam menerapkan sustainable living dan penerapan filosofi Tri Hita Karana di Desa Air Talas. Hal ini berangkat dari permasalahan yang ditemukan, yaitu penyakit DBD dan limbah plastik non-B3 yang dihasilkan oleh Rumah Sakit di Kota Prabumulih. Kemudian adan penumpukan kulit limbah jeruk yang selama ini dihasilkan oleh KWT Subur Makmur dan kegiatan wisata jeruk di Desa Air talas menghasilkan emisi dan berkontribusi terhadap global warming potential (GWP). Berdasarkan masalah tersebut PT Pertamina EP Limau Field menghadirkan "OraPlast: Dari Limbah Menjadi Rupiah.

"Terima kasih, selama ini, berbagai program PT Pertamina EP Limau Field, memberikan banyak manfaat untuk warga," kata Kepala Desa Air Talas, I Gede Arsana.

Data Pertamina menunjukkan ada pemanfaatan limbah kulit jeruk sebanyak 10,4 ton per bulan. Pengurangan penggunaan plastik sebanyak 26 persen di Rumah Sakit Kota Prabumulih atau setara dengan 37,88 ton per tahun. Sebanyak 521,79 ton CO2eq tereduksi melalui penggunaan OraPlast.

Lalu terjadi peningkatan penjualan BUDE ARTA MAJU sebanyak 59 persen. Sebelumnya hanya Rp 411.111 per bulan menjadi Rp 1.000.000 per bulan. Peningkatan pendapatan petani jeruk melalui kegiatan Budidaya Jeruk sebanyak 20 persen. Dari sebelumnya Rp 2.555.556 per bulan menjadi Rp 2.055.556 per bulan. Juga berbagai manfaat lainnya.

Desa Air Talas, didominasi transmigran asal bali. Daerah tersebut juga menjadi lokasi wisata jeruk. Menurut Kades, Arsana, dari 250 KK ini, rata-rata punya kebun. Sebagian besar ditanami komoditas unggilan mereka, yakni pohon jeruk.

Pertamina gencar melakukan aksi pemberdayaan masyarakat di semua wilayah kerja perusahaan. Unit-unit usaha BUMN tersebut ada di berbagai daerah di tanah air. Apa yang dilakukan Pertamina EP Limau Field gambaran nyata kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).

photo
Aktivitas di Rumah Produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur, salah satu bentuk kegiatan CSR Pertamina EP Asset 2 Limau Field di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Prabumulih, Sumatera Selatan. - (Frederikus Bata/Republika)

Sebagai perusahaan energi, Pertamina tak hanya berorientasi profit. Pada saat yang sama tetap menginisiasi kegiatan pengelolaan lingkungan dan membantu menaikkan taraf hidup masyarakat, terutama warga yang bersentuhan langsung dengan WK. CSR yang dilakukan pun harus bisa membuat warga mandiri secara ekonomi, di kemudian hari.

"Kita ingin CSR pada prinsipnya bukan memberi, setelahnya hilang. Ini yang kita edukasi ke masyarakat, karena ada yang berpikir CSR itu bagi-bagi duit. Ini yang kita hindari, karena kita ingin terus berlanjut, supaya mereka berdiri sendiri," kata General Manajer Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4, Djujuwanto di Prabumulih, beberapa hari lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement