REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mulai membangun injection point Biomethane di Pagardewa, Sumatera Selatan (Sumsel), sebagai langkah strategis memperkuat portofolio energi terbarukan nasional. Fasilitas ini menjadi titik injeksi pertama di wilayah tersebut yang berfungsi menyuntikkan Biomethane ke jaringan gas bumi agar dapat digunakan layaknya gas konvensional untuk rumah tangga, industri, ritel, hingga transportasi darat.
PGN menyiapkan injection point Pagardewa dengan sistem Pressure Reducing System (PRS) yang juga dapat difungsikan sebagai titik injeksi bagi sumber pasokan lain seperti coalbed methane (CBM) dan stranded gas. Perusahaan menargetkan penyediaan Biomethane melalui fasilitas ini sebesar 1,2 BBTUD untuk memperluas jangkauan pasokan gas ramah lingkungan di jaringan yang telah beroperasi.
“Proyek Biomethane akan memperluas portofolio PGN di sektor energi terbarukan dengan menyediakan produk untuk dekarbonisasi,” ujar Direktur Utama PGN, Arief Kurnia Risdianto, di Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Ia menambahkan, langkah ini juga membuka peluang pendapatan baru bagi PGN sekaligus memperkuat peran perusahaan dalam mendukung target Environmental, Social, and Governance (ESG) serta transisi energi nasional. Dalam proyek ini, PGN memanfaatkan limbah pabrik minyak kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk menghasilkan biogas. Melalui proses pengolahan lanjutan, biogas diubah menjadi Biomethane dan dikompresi menjadi renewable natural gas yang siap diinjeksikan ke jaringan gas bumi. Energi yang dihasilkan memiliki karakteristik serupa dengan gas bumi konvensional dan dapat didistribusikan ke berbagai sektor pengguna.
Inisiatif tersebut lahir dari potensi besar Indonesia dalam memproduksi Biomethane dari limbah sawit. Teknologi ini dinilai sebagai solusi modern untuk pengelolaan limbah organik sekaligus mendukung agenda energi bersih nasional. Berdasarkan perhitungan PGN, proyek ini berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29.688 ton CO2e per tahun melalui konversi bahan bakar dan 204.867 ton CO2e per tahun dari penangkapan metana hasil olahan POME.
“Di Pulau Sumatera terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan PGN telah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di wilayah tersebut, dalam hal ini Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa,” kata Arief.
Ia menegaskan, kehadiran proyek ini menjadi langkah inovatif untuk meningkatkan ketersediaan energi ramah lingkungan bagi masyarakat. PGN meneguhkan komitmennya dalam mengembangkan Biomethane sebagai bagian dari diversifikasi sumber energi di Indonesia. Program ini diharapkan memperkuat upaya dekarbonisasi nasional, menjaga ketahanan pasokan gas domestik, dan mendukung target bauran energi berkelanjutan yang tengah digalakkan pemerintah.