REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei mendapatkan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Pembangkit itu dinilai berhasil menurunkan emisi sebesar 35.475 ton CO₂e, setara dengan emisi tahunan lebih dari 8 ribu mobil bensin atau penanaman 570 ribu pohon.
PLTBg buah kolaborasi PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) dan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) ini memanfaatkan biogas (gas metana) dari limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) milik PTPN III. Gas yang dulunya terbuang ke udara sekarang justru menjadi sumber listrik bersih bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Dengan teknologi covered lagoon, gas metana ditangkap dan diubah menjadi listrik ramah lingkungan berkapasitas 2,4 MW, cukup untuk menyalakan lebih dari 3 ribu rumah setiap hari.
Direktur Utama Pertamina NRE, John Anis, menyatakan terbitnya SPE ini menjadi bukti dampak lingkungan dari proyek ini yang juga diakui secara ekonomi. Kredit karbon dari PLTBg Sei Mangkei telah resmi tercatat di bursa karbon nasional (IDXCarbon) dan menjadi salah satu unit karbon kredit berbasis energi terbarukan (RE) yang siap diperdagangkan.
“SPE ini merupakan hasil nyata dari kolaborasi yang telah terjalin sejak 2018, ketika PLTBg Sei Mangkei dibangun. Kami bangga karena proyek ini tidak hanya berhasil menghasilkan listrik hijau, tetapi juga diakui secara resmi oleh pemerintah atas kontribusinya dalam menurunkan emisi. Ini adalah langkah penting dalam perjalanan menuju Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060,” ujar John.
Direktur Bisnis PTPN III, Ryanto Wisnuardhy, mengatakan keberhasilan ini selaras dengan visi PTPN Group dalam mewujudkan bisnis perkebunan yang berkelanjutan dan berdaya saing global serta menjadi contoh nyata penerapan ekonomi sirkular di sektor perkebunan. Perseroan tidak hanya mengelola limbah secara bertanggung jawab, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui energi hijau dan kredit karbon.
"Ini mewakili semangat Asta Cita untuk membangun industri berbasis sumber daya alam yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Ryanto. “Saat ini PTPN Group juga menyiapkan pengembangan fasilitas biogas di lebih dari 20 pabrik kelapa sawit lainnya bekerja sama dengan mitra strategis.”
Selain memberikan manfaat lingkungan, proyek PLTBg Sei Mangkei juga membawa nilai ekonomi dan sosial. Energi yang dihasilkan mampu mendukung pasokan listrik di kawasan industri hijau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, sekaligus menjadi model bagi pengembangan pembangkit serupa di unit usaha PTPN Group lainnya.
Penerbitan SPE oleh KLH ini juga memperkuat posisi Pertamina NRE dan PTPN III sebagai pelopor kolaborasi lintas sektor BUMN dalam dekarbonisasi industri. Kedepannya, kedua perusahaan ini terus berkomitmen melanjutkan pengembangan proyek-proyek energi baru terbarukan lainnya, termasuk PLTBg di lokasi lainnya dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area perkebunan.
Pertamina NRE menjadi motor utama transisi energi bersih di lingkungan Pertamina Group melalui tiga pilar strategi utama: dekarbonisasi operasional, pengembangan bisnis rendah karbon, dan carbon offset. Capaian SPE PLTBg Sei Mangkei menjadi salah satu bukti nyata keberhasilan penerapan strategi tersebut.
Sejalan dengan itu, PTPN III juga menegaskan komitmennya terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai landasan utama dalam menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.