Kamis 26 Sep 2024 16:49 WIB

BMKG: Indonesia Rasakan Fenomena Equinox Dua Kali dalam Setahun

Equinox membuat sinar matahari bersinar optimal di wilayah khatulistiwa.

Suasana kawasan Monumen Nasional dengan langit biru di Jakarta, Kamis (21/3/2024). Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Equinox adalah fenomena yang terjadi ketika posisi Matahari berada tepat di khatulistiwa atau ekuator, secara periodik Equinox berlangsung dua kali setahun, yaitu pada bulan Maret dan September, hal tersebut menyebabkan wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum, dan mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana kawasan Monumen Nasional dengan langit biru di Jakarta, Kamis (21/3/2024). Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Equinox adalah fenomena yang terjadi ketika posisi Matahari berada tepat di khatulistiwa atau ekuator, secara periodik Equinox berlangsung dua kali setahun, yaitu pada bulan Maret dan September, hal tersebut menyebabkan wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum, dan mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan Indonesia akan merasakan pengaruh variasi suhu akibat fenomena astronomi Equinox sebanyak dua kali dalam setahun. Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (26/9/2024), mengatakan bahwa fenomena Equinox hanya berlangsung dua kali dalam setahun yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

“Saat periode tersebut, salah satu konsekuensinya membuat sinar matahari bersinar optimal di wilayah khatulistiwa. Sehingga terasa lebih terik,” kata dia.

Baca Juga

Dia memaparkan bahwa fenomena Equinox itu biasa dan akan terjadi secara berulang sebanyak dua kali setiap tahunnya. Sejumlah wilayah di khatulistiwa bumi, termasuk Indonesia dapat merasakan pengaruhnya karena, menurut dia, saat periode tersebut titik semu matahari akan berada pada posisi yang melintasi khatulistiwa.

Namun, BMKG menegaskan bahwa fenomena Equinox tidak mengakibatkan peningkatan suhu udara secara signifikan (ekstrem) maupun perubahan musim permanen di wilayah Indonesia. Hasil pengamatan BMKG sebelum dan sesudah periode Equinox, mendapati variasi suhu harian maksimum pada siang dan suhu minimum pada malam hari di sejumlah daerah di Indonesia cenderung normal.

Guswanto menyebutkan, pengamatan dari Stasiun Meteorologi di Semarang mencatat suhu maksimum pada siang hari 36,2-36,6 Celsius (Agustus-September). Kemudian saat yang sama suhu minimum di Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur sekitar 12,9 Celsius dan dan 15,0 Celsius di Jaya Wijaya, Papua.

Melalui penjabaran tersebut maka BMKG mengimbau masyarakat Indonesia untuk tenang, dan bijak merespon informasi seputar iklim dan cuaca dengan tetap meningkatkan kesiapsiagaan demi meminimalisir potensi risiko dinamika perubahan cuaca yang ada.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement